Fear of Missing Out (FoMO)
Ajeng Cahyaningtyas
Biologi (2018)
Media sosial adalah medium di internet yang memungkinkan pengguna merepresentasikan dirinya maupun berinteraksi, bekerja sama, berbagi, berkomunikasi dengan pengguna lain membentuk ikatan sosial secara virtual. Namun hal tersebut dapat berubah menjadi kegelisahan ketika mereka mengecek media sosialnya dan melihat berbagai keseruan yang sedang dilakukan oleh teman-teman mereka. Hal tersebut membuat mereka tidak bisa untuk berhenti memantau aktivitas orang lain di media sosial (Akbar et al., 2018). Nah pernah nggak si kalian ngrasa takut ketika ketinggalan info di soial media?
Keadaan seperti itu disebut dengan Fear of Missing Out (FoMO) yaitu adanya keinginan yang besar untuk tetap terus terhubung dengan apa yang sedang dilakukan oleh orang lain melalui dunia maya (Przybylsky et al., 2013). Fenomena FoMO semakin hangat diperbincangkan setelah JWT atau Intillegence mengeluarkan laporan penelitian mengenai FoMO pada tahun 2012. Dalam penelitian tersebut, FoMO di definisikan sebagai perasaan gelisah dan takut bahwa seseorang tertinggal, apabila teman-temannya sedang melakukan atau merasakan sesuatu yang lebih baik atau lebih menyenangkan dibanding apa yang sedang ia lakukan atau ia miliki saat ini. Perasaan di mana seseorang merasa begitu khawatir jika melewatkan tren yang sedang terjadi dikehidupan sosialnya.
FoMO ini sering terjadi pada usia remaja. Remaja merupakan salah satu tahapan dalam perkembangan hidup yang seringkali dikenal sebagai masa peralihan antara kanak-kanak menuju dewasa. Menurut Sarwono (2012), pada masa ini terjadi peralihan dari ketergantungan yang penuh menuju keadaan yang relatif lebih mandiri. Remaja, dari segi sosial dan emosional, harus mulai memisah
hkan diri dari orang tua atau pengasuh serta mencapai hubungan baru yang lebih matang dengan kelompok teman sebaya. Hal ini ditandai dengan perubahan pola hubungan remaja dengan orang-orang di sekitar, misalnya kedekatan dengan orang tua yang berkurang diiringi meningkatnya keakraban dengan teman sebaya. Banyak faktor yang memengaruhi proses perkembangan remaja, salah satunya adalah penggunaan media (Santrock, 2012).
Kehidupan remaja tampaknya memang tidak dapat terlepas dari media sosial. Di Australia, 56% remaja termasuk pengguna media sosial berat. Berdasarkan angka tersebut, tidak mengherankan jika satu dari dua remaja Australia tercatat mengalami FoMO. Sebanyak 54% remaja dengan tingkat FoMO yang tinggi melaporkan bahwa mereka merasa takut jika teman mereka memperoleh pengalaman yang lebih berharga, sebanyak 60% merasa khawatir ketika mereka mendapati teman sedang bersenang-senang tanpa mereka, dan 63% merasa terganggu ketika mereka melewatkan pertemuan yang telah direncanakan bersama-sama (Australian Psychological Society, 2015).
Hal lain yang menjadi persoalan penting ketika membahas FoMO ialah dampaknya terhadap kesehatan mental dan kesejahteraan psikologis (Przybylski et al., 2013). Sebuah studi yang dilakukan untuk meneliti apakah terdapat hubungan antara FoMO dengan kepuasan hidup individu mengungkap bahwa terdapat hubungan negatif di antara keduanya, dimana subyek dengan tingkat FoMO yang tinggi memiliki kepuasan hidup rendah dan sebaliknya. Selain itu, ditemukan pula bahwa individu yang kebutuhan psikologisnya kurang terpenuhi, dalam hal ini kebutuhan akan kompetensi, otonomi, dan keterhubungan, memiliki skor FoMO yang tinggi. Menurut Jood (2017), FoMO membuat individu cenderung mempersepsi diri secara negatif oleh karena rasa penolakan dan perasaan tidak dilibatkan dalam aktivitas sosial. Lebih jauh lagi, FoMO juga terbukti berkorelasi positif dengan depresi dan rendahnya tingkat perhatian individu (Baker et al., 2016).
Kemudian bagaimana si cara untuk mengatasi FoMO ini? Rasa cemas akibat FoMO dapat bertambah parah dan memengaruhi kondisi mental Anda. Berikut adalah beberapa tips yang bisa Anda lakukan untuk mencegahnya yaitu dengan membatasi penggunaan sosial media, berhenti membandingkan diri dengan orang lain, bertemu dengan orang-orang secara nyata, membuat jurnal pribadi serta berkonsultasi dengan psikolog (Ayu, 2019).
Daftar Pustaka :
Ayu, D., 2019. Mengatasi Cemas Akibat FoMO [online] https://hellosehat.com/hidup-sehat/tips-sehat/mengatasi-cemas-akibat-fomo/ (diakses pada tanggal 7 Mei 2020).
Baker, Z., G., Heather, K., & Angie, S. L., 2016. Fear of Missing Out : Relationships With Depression, Mindfulness, and Physical Symptoms. Translational Issues in Psychological Science, 2, pp. 275 – 282.
Jood, T. E., 2017. Missing The Present for The Unknown : The Relationship Between Fear of Missing Out (FoMO) and Life Satisfaction. Dissertation. South Africa: Clinical Psychology University of South Africa.
Przybylski, A. K., Murayama, K., DeHan, C. R, & Gladwell, V. 2013. Motivational, Emotional and Behavioural Correlates of Fear of Missing Out. Computer in human behavior, 29(4), pp. 1841-1848.
Santrock, J. W., 2012. Life Span Development : Perkembangan Masa Hidup. Jakarta: Erlangga.
Sarwono, S. W., 2015. Psikologi Remaja. Jakarta : Rajawali Pers.
Komentar
Posting Komentar