Hantavirus: Virus 90-an Populer Lagi
Putri Ramadani
Biologi Internasional (2018)
Bulan Maret lalu, dunia lagi-lagi digemparkan oleh munculnya Hantavirus, di tengah wabah Coronavirus penyebab COVID-19. Seperti yang diberitakan oleh media Global Times News, seorang pria dari Provinsi Yunan, China dilaporkan meninggal dunia di bus dalam perjalanan pulang ke Provinsi Shandong pada Senin (20/3/2020). Dari hasil uji klinis, pria tersebut dinyatakan positif terinfeksi Hantavirus. Hal ini berdampak pada 32 penumpang di dalam bus sehingga mereka harus menjalani uji klinis pula.
Keberadaan virus ini bukanlah hal baru. Lalu, akankah hantavirus dapat menyebabkan pandemi seperti Coronavirus saat ini? Mari kita simak lebih jauh. Hantavirus adalah virus dengan RNA untai tunggal dan sense–negative. Virus ini berasal dari famili Bunyaviridae yang berbentuk bulat (spherical). Virus ini berdiameter 80–20 nm. Struktur Hantavirus memiliki selubung yang tidak tahan terhadap pelarut lemak seperti hipoklorit, pelarut organic, maupun detergen. Virus ini dapat pula diinaktivasi dengan pemanasan sinar UV. Hantavirus merupakan salah agen zoonosis yang kerap ditemukan pada Rodentia (hewan pengerat). Zoonosis adalah berbagai penyakit dan infeksi yang dapat ditularkan dari hewan ke manusia. Penelitian mengenai virus tersebut pernah dilakukan di Indonesia. Hasilnya, ditemukan Hantavirus pada beberapa spesies hewan pengerat di Indonesia seperti tikus polinesia (Rattus exulans), tikus coklat (Rattus novergicus), tikus putih (Mus musculus), celurut rumah (Suncus murinus), dan tikus rumah Asia (Rattus tanezumi).
Manusia dapat terinfeksi zoonosis ini apabila terpapar oleh feses, urin, saliva, ataupun gigitan hewan pengerat yang terinfeksi Hantavirus. Hewan pengerat biasanya ditemukan di sekitar hutan, pemukiman, dan persawahan. Ada dua tipe gejala yang muncul apabila manusia terinfeksi oleh hantavirus, yaitu Haemorrhagic Fever and Renal Syndrome (HFRS) dan Haemorrhagic Pulmonary Syndrome (HPS).
Hantavirus
di Amerika diketahui menyebabkan Hantavirus Pulmonary Syndrome (HPS) yang
tingkat kematiannya mencapai 36 persen. Tercatat ada 728 kasus Hantavirus di AS
dari tahun 1993 hingga 2017. Diagnosis HPS pada individu yang baru terinfeksi
beberapa hari kerap sulit untuk dilakukan. Hal tersebut disebabkan gejala awal
seperti demam, nyeri otot, dan kelelahan yang menyerupai gejala influenza.
Penularan virus ini dapat dicegah dengan cara menjaga kebersihan dan memakai
alat pelindung diri saat beraktivitas terutama pada lingkungan yang kerap
menjadi sarang hewan-hewan pengerat.
Daftar pustaka:
Majalah 1000 Guru http://majalah1000guru.net/rubrik/biologi/
Muranyi, U. Bahr, M. Zeier, and F. J. van der Woude. 2005. Hantavirus Infection. Journal of the American Society of Nephrology, 16, pp.3669–3679.
Sendow, I., NLPI, Dharmayanti, M. Saepullah dan RMA Adjid. 2016. Infeksi Hantavirus: Penyakit Zoonosis yang Perlu Diantisipasi Keberadaannya di Indonesia. Wartazoa, 26(1), pp.017-026.
Komentar
Posting Komentar