Fixed Mindset VS Growth Mindset
Rini Dwi Puspitasari
Farmasi (2019)
Dalam menjalani hidup tantangan pasti terus bermunculan, kita terus tumbuh dari waktu ke waktu dengan menghadapi tantangan, mengalami peristiwa yang beragam. Setiap orang memiliki mindset beragam dalam merespon tantangan peristiwa yang terjadi dalam hidup. Menurut Sigit B. Darmawan, mindset adalah inti dari self learning atau pembelajaran diri. Inilah yang menentukan bagaimana memandang sebuah potensi, kecerdasan, tantangan dan peluang sebagai sebuah proses yang harus diupayakan dengan ketekunan, kerja keras, dan usaha untuk tercapainya tujuan.Dengan demikian, untuk mengubah mindset, langkah pertama yang diperlukan adalah mengubah belief atau sekumpulan belief dahulu. Tentunya mindset yang dimiliki individu akan berdampak pada langkah yang ia ambil untuk menghadapi setiap tantangan dan peristiwa yang terjadi. Carol Dweck seorang Profesor di Bidang Psikologi menjelaskan bahwa terdapat dua pola mindset inti, yaitu : Fixed Mindset (Pola pikir tetap) dan Growth Mindset (Pola pikir tumbuh).
Fixed Mindset
Orang yang berpegang pada keyakinan ini berpikir bahwa “cara saya adalah yang paling benar”, tetapi hal itu tidak berarti hasrat kamu terhadap citra diri yang positif lebih rendah dibandingkan orang lain. Tentu saja kamu ingin tampil menarik dan terlihat pintar.Menurut definisi, pribadi dengan pola pikir seperti ini melihat sebuah tantangan sebagai suatu hal yang sulit dan kesuksesan bukanlah hal yang pasti, sehingga berisiko mengalami kegagalan dan berdampak negatif terhadap citra dirinya. Apabila kamu pribadi dengan pola pikir ini, kamu sering menghindari tantangan-tantangan dan terpaku pada sesuatu yang sudah kamu ketahui saja, sesuatu yang bisa kamu lakukan dengan baik.Demikian pula dengan rintangan kamu menganggap bahwa rintangan itu sangat sulit bagi kamu,Hanya saja perbedaannya, kamu bisa memutuskan untuk menghadapi beragam tantangan tersebut, dan melihat apakah rintangan tersebut merupakan kekuatan eksternal yang menghalangi jalan kamu atau tidak.Pertanyaan yang kerap kali ditujukan kepada orang dengan pola pikir seperti fixed mindset adalah: apa inti dari semua kerja keras jika kemudian kamu tetap berada dalam kotak Pandora (kotak keburukan) ? - Pandangan kamu yang melihat upaya sebagai sesuatu yang tidak menyenangkan dan tidak memberikan keuntungan sama sekali, membuat kamu berpendapat bahwa menghindari usaha adalah langkah cerdas yang harus kamu ambil. Dan apabila ada yang mengkritik ataupun memberikan pendapat yang tidak sesuai dengan pandangan kamu, maka itu akan dianggap sebagai sebuah penghinaan.
Fixed mindset akan mengajak orang-orang di sekitarnya untuk berpikir secara logis dan percaya bahwa setiap kritikan terhadap kemampuannya sama saja dengan mengkritik. Biasanya, penolakan akan muncul terhadap orang-orang yang memberikan respon yang kamu anggap negatif, hingga akhirnya kamu akan mengasingkan diri, meskipun orang lain tersebut bisa memberikan perubahan ke arah yang lebih baik.
Keberhasilan orang lain menjadi tolok ukur bagi orang yang belum berhasil. Ketika orang lain berhasil, biasanya orang dengan pola pikir fixed mindset akan tetap akan mencoba untuk menyakinkan dirinya sendiri dan orang-orang di sekitarnya bahwa kesuksesan hanya dikarenakan faktor keberuntungan atau tindakan yang tidak pantas. Pada beberapa kasus, kamu bahkan akan mencoba untuk merusak kesuksesan orang lain dengan memunculkan sesuatu yang sama sekali tidak berhubungan, contohnya dengan menggunakan statement seperti ini: “Ya, tapi apa kamu tahu tentang…”.Alhasil, kamu tidak mencapai potensimu secara penuh dan keyakinanmu tertanam dalam diri kamu sendiri. kamu tidak banyak berubah dan meningkat seiring dengan waktu, dan kamu menegaskan bahwa “kamu adalah kamu dengan pemikiran tetap kamu.
Growth Mindset
Orang yang berpegang pada pola pikir (growth mindset) percaya bahwa kecerdasan dapat dikembangkan, otak tak ubahnya seperti otot yang dapat dilatih. Hal ini akan mengarah pada keinginan untuk memperbaiki diri.Lantas bagaimana orang dengan pribadi ini mengembangkan dirinya? Pertama, kamu dapat menghadapi tantangan, karena kamu tahu bahwa di sisi lain kamu akan menjadi lebih kuat.Sama halnya rintangan - kemunduran eksternal - tidak akan menjadi pantangan bagi kamu. Citra diri kamu tidak akan mengikat keberhasilan kamu dan cara kamu memandang yang lainnya; kegagalan merupakan kesempatan untuk belajar, sehingga apapun yang terjadi, kamu percaya bahwa kamu akan menang.Upaya tidak dipandang sebagai sesuatu yang tidak berguna, tetapi sesuatu yang dibutuhkan untuk tumbuh dan menguasai keterampilan yang bermanfaat. Bisa dikatakan, kamu tidak akan menghindar apabila kamu dituntut untuk lebih berusaha.
Kritikan dan umpan balik negatif justru merupakan sumber informasi. Hal tersebut bukan berarti semua kritikan, tidak pernah kamu ‘ambil hati’, tetapi setidaknya kamu mengetahui bahwa kamu dapat berubah dan menjadi lebih baik, sehingga umpan balik yang negatif tidak perlu dirasakan secara langsung sebagai sesuatu yang menyakitkan, tetapi bagaimana itu bisa meningkatkan kemampuan kamu saat ini.Kesuksesan orang lain dianggap sebagai sumber informasi dan inspirasi. Kamu merasa bahwa keberhasilan tidak seperti permainan zero-sum.
Selanjutnya, kamu terbiasa untuk menciptakan umpan balik positif yang mendorong kamu untuk tetap belajar dan melakukan perbaikan.Ini adalah kutipan dari artikel Carol Dweck, seorang Profesor Psikologi dari Universitas Stanford:“Melalui penelitian sistematis selama lebih dari tiga dekade, [Carol Dweck] telah mencari tahu jawaban mengapa sebagian orang mencapai potensinya sedangkan sebagian lainnya yang sama-sama berbakat justru tidak–mengapa sebagian menjadi Muhammad Ali dan yang lainnya menjadi Mike Tyson. Ia menemukan kuncinya bukanlah kemampuan; ini berkenaan dengan cara kamu memandang kemampuan sebagai sesuatu yang melekat yang perlu ditunjukkan atau sebagai sesuatu yang dapat dikembangkan.”
Bapak psikologi perkembangan kognisi, menjelang akhir hayatnya menyadari bahwa hanya berfokus pada kemampuan berpikir logis saja tidak cukup, sampai pada suatu kesimpulan bahwa sistem kepercayaan (belief system) memainkan peranan yang sama penting atau bahkan bisa lebih penting daripada kemampuan berpikir logis membentuk mindset seseorang.Penelitian-penelitian terbaru telah membuka fakta-fakta bahwa otak tidak pernah berhenti berubah dan menyesuaikan diri seumur hidup. Salah satu penelitian menunjukkan bahwa fleksibilitas tersebut dapat menolong dalam pemrosesan bahasa walaupun otak tersebut sedang mengalami hambatan-hambatan. Lebih jauh lagi, beberapa riset menyarankan bahwa latihan otak secara khusus dapat memeperbesar kapasitas otak dan membantu seseorang untuk menangani beberapa masalah bahasa dan bacaan dan membuat otak untuk terus berpikir maju dan berkembang tidak cukup dnegan pikiran logis saja .
DAFTAR PUSTAKA
1Carlina D. Sumantri, “Metode
Peer Learning Assistans Untuk Mata Kuliah Azas Teknik Kimia I”, Semarang:
Proceding Seminar Nasional Kimia dan Pendidikan Kimia, 2006, hlm. 51.
2,3Dweck, C. S., Mindset: The New Psychology of Success, Jakarta: PT Serambi
Ilmu Semesta, 2006.
Margono, S., Metodologi Penelitian Pendidikan, Jakarta: Rineka
Cipta,2004.Slameto, Belajar dan Faktor-faktor yang Mempengaruhinya, Jakarta:
RinekaCipta,1995.
Komentar
Posting Komentar