ANOREXIA NERVOSA : BERTUBUH KURUS UNTUK BAHAGIA
Nur Faridah
Biologi (2019)
Penyakit ini mungkin masih asing didengar untuk sebagian orang karena kasus ini sebagian besar terjadi di Benua Eropa. Anorexia nervosa adalah penyakit psikologis yang mempengaruhi penderitanya untuk terus menerus mengurangi berat badan (Morris & Twaddle, 2007). 80-90% penderita anorexia adalah kaum perempuan. Mayoritas penderita anorexia yaitu sekitar 0,3% wanita muda dengan presentase resiko meningkat 2 kali lipat untuk remaja dengan umur rata-rata diatas 15 tahun.
Seringkali pemicu anorexia adalah sikap obsesif ingin mempunyai tubuh yang ramping. Untuk memperoleh hal tersebut penderita akan melakukan diet ekstrim untuk menurunkan berat badannya. Ketika penderita mengalami penurunan berat badan, penderita akan bahagia dan lama kelamaan akan addiktif untuk mengurangi berat badannya secara terus menerus. Apabila penderita gagal mengurangi berat badan ia akan merasa depresi. Perasaan depresi dan kesenanagan yang didapatkan jika berat badan turun ini yang memicu penderita anorexia terus menerus menurunkan berat badannya. Karena sikap obsesif terhadap penurunan berat badan ini, penderita anorexia akan melakukan segala usaha yang akan membuat berat badannya turun. Pada umumnya mereka akan mengurangi porsi makan mereka atau bahkan tidak makan sama sekali. Selain itu cara-cara yang lain seperti berolahraga denga ekstrem, memuntahkan makanannya, hingga meminum obat pencahar. Cara-cara ini mereka lakukan untuk mengontrol berat badan mereka agar tetap turun.
Pada tahap yang paling parah penderita anorexia tidak lagi dapat mengkonsumsi makanan seperti pada manusia umumnya dikarenakan otak mengirim sinyal kepada tubuh untuk memuntahkan kembali makanan tersebut. Hal ini terjadi karena penderita anorexia akan mengalami ketakutan apabila ia mengkonsumsi makanan ia akan mengalami kenaikan berat badan yang mana dalam sudut pandang mereka akan membuat dirinya tidak cantik, tidak berguna dsb. Ciri utama penderita anorexia adalah penurunan berat badan yang sangat drastis dilihat dari penampilan fisiknya. Sebelum terjadinya penurunan berat badan yang sangat drastis penderita anorexia cenderung menutup diri, depresi, sering bercermin untuk mengevaluasi bentuk tubuhnya, dan sering menimbang berat badan. Diagnosis awal adanya anorexia seringkali datang dari orang tua, teman dan saudara terdekat untuk setelahnya diketahui dokter. Anorexia menjadi sangat parah ketika indeks massa tubuh 17,5 atau kurang, mempunyai gangguan hormon, dan terjadi amenorrhoea. Penderita anorexia yang telah tahap lanjut perlu direhabilitasi dan diawasi oleh profesional di bidang eating disorder.
Pada akhirnya penderita anorexia harus menggunakan feeding tube agar dapat bertahaan hidup. “Feeding tube” yaitu sebuah tube yang dimasukkan lewat hidung menuju lambung. Alat ini nantinya akan membantu mengantar nutrisi dalam bentuk cair yaitu TPN (Total Parental Nutrition) kedalam lambung penderita anorexia, sehingga penderita anorexia akan tetap mendapatkan energi untuk melakukan metabolisme agar dapat tetap hidup. Berdasarkan uraian diatas dapat disimpulkan bahwa penyakit anorexia muncul akibat perspektif dan cara pandang yang terlalu ekstrim terhadap standar tubuh langsing. Akibat dari perspektif tersebut tubuh akan merespon dengan tidak dapat mengkonsumsi makanan. Sehingga cara yang dapat dilakukan untuk menghindari penyakit ini adalah dengan self love. Mencintai diri sendiri apa adanya dan menyadari bahwa kecantikan tidak datang hanya dari tubuh yang kurus ramping, menyadari bahwa semua orang dengan bentuk badan apapun adalah cantik. Selain itu, tidak melakukan diet ekstrim seperti memuntahkan kembaali makanan yang telah dimakan. Karena hal tersebut dapat memicu bulimia yang nantinya akan menimbulkan penyakit anorexia. Serta senantiasa menerapkan hidup sehat.
DAFTAR PUSTAKA
Gorwood, P., Blanchet-Collet, C., Chartel, N. & Duclos, J., 2016. New Insights in Anorexia Nervosa. Frontiers in Neuroscience. Volume(10):1-21.
Le, l.K.-D., Barendregt, J.J., Hay, P. & Mihalopoulus, C., 2017. Prevention of Eating Dissorder; A Systemic Review and Meta-Analysis. DRO. Volume(53):1-50.
Morris, J. & Twaddle, S., 2007. Clinical Review Anorexia Nervosa. Bmj. Volume(334):894-98.
Zipfel, S. et al., 2015. Anorexia Nervosa; aetiology, assessmet, and treatment. Lancet Psychiatry. Volume(1)1-5.
Komentar
Posting Komentar