KAJIAN UKMPR: Survival Tips: Prinsip Navigasi Darat Sederhana untuk Mengatasi Disorientasi di Kawasan Hutan Tropis dengan STOP Method
[KAJIAN UKMPR]
Salam
Riset!!! Sukses!!!
Hallo
guys, kali ini kajian UKMPR kembali hadir nih. Nah buat hari ini ada kajian
menarik
dari sahabat kita yang berjudul:
Survival
Tips: Prinsip Navigasi Darat Sederhana untuk Mengatasi Disorientasi di Kawasan
Hutan Tropis dengan STOP Method
Venna
Firena
Biologi
Reguler (2023)
Yuk
disimak!
Semoga
bermanfaat
Apa
sih yang terbesit di benak kalian tentang navigasi darat pada survival
management?
Navigasi darat menjadi satu teknik yang digunakan
untuk menentukan posisi dan arah perjalanan, baik di peta maupun medan
sebenarnya. Navigasi juga memiliki pengetahuan mendasar yang harus dimiliki
dalam menggunakan alat navigasi, seperti kompas, peta topografi, busur dan
protaktor, mengubah peta dua dimensi menjadi tiga dimensi, memahami arah mata
angin, dan koordinat posisi dengan letak astronomis (Silitonga, 2017). Salah
satu contohnya adalah peta topografi yang digunakan untuk menggambarkan kontur,
menentukan posisi dan karakteristik dari medan yang dilalui seperti lembah dan
punggungan bukit dalam satuan meter di atas permukaan laut (mdpl). Berikut
merupakan salah satu contoh dari alat navigasi darat yang digunakan.
Gambar 1. Peta dan protaktor
Kejadian
yang sering terjadi ketika tidak memahami navigasi darat
Penggunaan navigasi darat pada praktiknya
masih sering terjadi permasalahan karena adanya pengaruh kompleksitas navigasi
darat, seperti disorientasi. Disorientasi ini salah satu peristiwa kehilangan
arah dan jejak sehingga penjelajah tidak mengetahui tujuan selanjutnya walaupun
ada kompas dan peta digenggamannya. Kejadian ini tidak hanya karena
kompleksisitas dari navigasi darat saja, namun ada juga faktor lain seperti
kesalahan dalam membaca peta, penggunaan Kompas, cuaca buruk berupa badai dan
kabut tebal pada waktu malam hari sehingga membatasi visibilitas navigasi
dengan landmark, dan juga adanya gangguan psikologis berupa kelelahan,
dehidrasi, dan rasa lapar yang mampu mengurangi kemampuan berpikir jernih
hingga mengambil keputusan yang rasional. Lalu, bagaimana cara untuk mengatasi
apabila kita sudah terlanjur tersesat di hutan? Salah satu prinsip yang dapat
digunakan saat menghadapi disorientasi adalah dengan metode STOP.
Apa
itu metode STOP?
Pastinya teman-teman akan sangat
membutuhkan metode ini, karena metode STOP merupakan sebuah istilah singkat
dari stop (berhenti), think (berpikir), observe
(mengamati), dan plan (rencana atau perencanaan). Nah, berikut merupakan
penjelasan dari langkah tersebut. Baca sampai selesai ya agar tidak mengalami
kejadian ini!
1.
Stop
atau mengehentikan seluruh kegiatan atau aktivitas.
Kita mungkin mulai berpikir akan tersesat selamanya dan
membayangkan babi hutan
atau hewan yang lebih buruk menghampiri. Hal ini dapat menimbulkan kepanikan sehingga cenderung melakukan pergerakan yang
membuang energi bahkan semakin
membawa keluar dari track ke tujuan. Cobalah untuk
duduk dan tenangkan pikiran
terlebih dahulu dengan membuat bivak atau shelter
darurat.
2.
Think atau
berpikir untuk mengambil langkah selanjutnya. Pada
tahap ini, situasi harus dinilai secara objektif seperti: mengetahui berapa lama telah tersesat,
memeriksa apakah peta dan kompas berfungsi dengan
baik,
ingatlah
dimana terakhir
kali
melihat landmark yang familiar,
memeriksa apakah
air dan makanan cukup tersedia, cek kesehatan
apakah
tubuh merasakan kelelahan,
dehidrasi, atau hipotermia. Kemudian menetapkan tujuan
yang jelas: apakah ingin keluar dari hutan sesegera mungkin
atau
berlindung
mencari tempat yang aman.
Buatlah perapian
sebagai penghangat dan tanda agar
dapat dikenali tim SAR jika ingin
bermalam.
3.
Observe atau
mengamati lingkungan di sekitar. Vegetasi lumut seperti Parmelia sp. dan
Polytrichum
sp. dapat digunakan
sebagai penanda arah karena sering
menghadap ke barat. Antara lembah
dan punggungan bukit umumnya terdapat sungai.
Hindari mendirikan
bivak
dekat sungai dan jalur
hewan dengan mengamati jejak,
sarang, atau
suara hewan.
Amati pula bekas perapian,
bivak, sampah, atau tali penanda (stringline) yang
ditinggalkan manusia. Memanjat pohon atau tempat yang lebih tinggi mempermudah
observasi.
4.
Plan atau
merencanakan strategi dengan cermat dan tepat yang akan membantu keluar dengan
selamat. Penggunaan stringline yang sebelumnya sudah
disepakati untuk penanda jalur menjadi salah satu solusi untuk diikuti dan
ditemukan pada batang pohon yang sudah dibuat sebelumnya. Apabila menemukan stringline,
ikuti sesuai warna dan
arahnya dengan melihat kondisi medan disetiap
mata angin (ormet) hingga menemukan stringline di kanan/kiri yang sama seperti sebelumnya. Stringline tersebut akan mengarahkan ke
titik awal pos ataupun membawa ke puncak tergantung posisi yang disepakati tim penali. Umumnya, stringline dipasang sebelah kanan
sebagai penanda jalur
masuk dan kiri jalur keluar. Jika tidak,
maka langkah
selanjutnya adalah
dengan memperhatikan kontur
peta
dan posisi saat ini.
Apakah
kita tetap membutuhkan keterampilan survival dasar saat melalukan
perjalanan di hutan?
Tentu saja, dalam kegiatan penjelajahan
tidak bisa bergantung pada metode STOP saja, namun keterampilan dan pengetahuan
tentang survival dasar perlu dimiliki oleh penjelajah sembari menunggu
pertolongan. Keterampilan dasar yang wajib dimiliki antara lain mencari sumber
air dan makanan, pembuatan shelter atau bivak dan perapian saat terasa
dingin. Berikut merupakan penjelasan dan ilustrasi yang dapat dipahami oleh
pembaca nih.
Gambar 2. Survival basic skills
1.
Mencari sumber air dan makanan
Keterampilan mencari sumber
air dan makanan merupakan elmen
krusial untuk kelangsungan
hidup.
Selain, dari mata air
atau sungai, air dapat diperoleh
melalui teknik pencarian
air:
water
soil dan transpirasi. Beberapa tumbuhan yang dapat dikonsumsi yaitu daun muda pohon damar, cantigi, pohpohan,
batang begonia, pakis, arbei, dan masih banyak lainnya. Lakukan edibility test pada tumbuhan yang
belum dikenali yaitu
dengan mengoleskan sedikit ke tangan, bibir, lidah, dan belakang telinga. Jika tidak menimbulkan reaksi gatal, mual, atau
pusing maka aman dikonsumsi. Hindari
makanan yang terlalu
pahit atau asam.
2.
Pembuatan shelter atau bivak
Shelter
atau bivak digunakan sebagai tempat berlindung. Bivak terbagi menjadi tiga jenis: bivak alam,
bivak buatan, dan
bivak salju. Bivak
alam terbuat
dari
bagian-bagian tumbuhan seperti sulur, batang, ranting, dan daun; bivak buatan terbuat dari mantel, ponco, atau flysheet. Keduanya dapat bersifat permanen, tidak seperti bivak salju. Bivak salju hanya terbuat dari matras dan mantel tanpa atap.
Bivak
salju
digunakan untuk keadaan
darurat seperti hujan
badai, kelelahan,
dan hipotermia.
Memperhatikan kondisi sekitar sangat penting dilakukan sebelum membangun bivak. Tentunya tidak membangun bivak didekat bangkai hewan,
kotoran, atau area lembah yang rawan longsor
dan
menghindari terlalu dekat
dengan
sungai.
3.
Pembuatan perapian dalam kondisi
dingin
Perapian diperlukan untuk memasak, penghangat, dan penerang dalam
bivak. Bekas perapian juga memudahkan tim SAR untuk menemukan orang yang hilang. Terdapat tiga unsur pembentuk
api
yaitu: bahan bakar, panas, dan oksigen. Pastikan
perapian
memiliki celah untuk oksigen masuk agar tetap nyala sepanjang
malam. Awasi api dengan
seksama dan padamkan
sebelum pergi. Tetap waspada
dan perhatikan lingkungan.
Nah, ternyata keterampilan
dalam bertahan hidup atau survival sangat berguna ya, apalagi mampu menguasai
teknik STOP apabila mengalamai disorientasi saat di hutan. Terutama bagi teman-teman
yang punya hobi mendaki atau mengeksplor wilayah hutan jangan sampai tersesat
ya, biar aku saja yang tersesat jika tidak membaca kajian ini kamu jangan 😊.
Berhubung kajian kali ini sudah lumayan panjang, yuk ikuti terus kajian menarik
lainnya agar mendapat informasi yang bermanfaat untuk teman-teman. Have a nice
day! :D
Daftar
Pustaka
Chamdun,
M. 2019. Navigasi Darat. URL: https://www.catatanhariankeong.com/2019/01/navigasi-darat.html?m=1.
Diakses tanggal 19 April 2024.
Sartika, D.
2021. Edisi Baru-Survival di Alam
Bebas. URL: https://anyflip.com/bsink/mwnn/basic. Diakses tanggal 19 April 2024.
Silitonga, T. 2017.
Pengenalan Navigasi Dara. URL: https://student-activity.binus.ac.id/swanarapala/2017/04/pengenalan-navigasi-darat/.
Diakses tanggal 19
April 2024.
Sucipto,
T. 2005. Teknik Survival di Hutan. Universitas Sumatera Utara. Medan.
Komentar
Posting Komentar