KAJIAN UKMPR : Kenapa Virus COVID-19 Memiliki Banyak Varian?

 


[KAJIAN UKMPR]

Salam Riset!!! Sukses!!!


Hello guys, kali ini kajian UKMPR kembali hadir nih. Nah buat hari ini ada kajian menarik dari sahabat kita yang berjudul:


Kenapa Virus COVID-19 Memiliki Banyak Varian?

Haris Raditya Subandrio 

Biologi Internasional (2019)


Yuk disimak!

Semoga bermanfaat


        Kata "Corona " berasal dari bahasa Latin yang artinya crown atau mahkota. Ini sesuai dengan bentuk Coronavirus itu sendiri yang kalau dilihat dengan mikroskop nampak seperti mahkota (lihat gambar). Bentuk mahkota ini ditandai oleh adanya "Protein S " yang berupa sepatu, sehingga dinamakan spike protein, yang tersebar disekeliling permukaan virus (tanda panah). "Protein S " inilah yang berperan penting dalam proses infeksi virus terhadap manusia (Utama, 2003).

        COVID-19 adalah penyakit yang disebabkan oleh SARS-CoV-2 yang muncul awal Desember tahun 2019 di Wuhan, China. Sifat virus corona tersebut mudah menginfeksi manusia dan mudah menyebar hampir keseluruh penjuru dunia. Oleh karena itu terjadilah wabah (pandemi) COVID-19. Seiring berjalannya waktu, virus corona mengalami mutasi gen. Mutasi gen merupakan perubahan gen secara spontan dan bersifat turun menurun dari partikel virus induk ke partikel virus anakannya. Kita mengetahui bahwa gen virus corona terusun atas rangkaian ribo nucleic acid (RNA), oleh karena itu virus corona digolongkan sebagai virus RNA. Rangkaian gen pada virus corona tersebut menyusun genom virus corona (Parwanto, 2021).

        Virus corona yang mengandung gen tidak bermutasi disebut ”SARS-CoV-2 wild type”, sedangkan virus corona yang mengandung gen bermutasi disebut “SARS-CoV-2 mutant”. Semakin banyak mutasi gen pada virus corona, semakin banyak varian dari SARSCoV-2. Mutasi gen virus corona menjadi popular semenjak ditemukannya varian SARS-CoV-2 di Inggris, Afrika Selatan, Braszil, Amerika Serikat dan negara lainnya (Santoso, 2022). Layaknya seleksi alam pada makhluk hidup, virus juga mengalaminya. Virus secara teknis bukanlah makhluk hidup karena mereka butuh inang untuk dapat bereplikasi. Tapi virus juga tertekan oleh proses evolusi sehingga bisa berubah demi menyesuaikan diri, termasuk virus corona. Sistem imun manusia menggunakan sejumlah taktik untuk melawan virus corona. Virus akan berusaha menghindari perlawanan sistem imun, menggandakan diri, dan menyebar ke manusia-manusia lain. Karakteristik yang membantu kelangsungan hidup virus itu umumnya bertahan saat terjadi penggandaan diri. Namun mutasi tidak selalu akan menghasilkan virus yang lebih kuat. Varian baru Covid-19 saat ini berjumlah sangat banyak karena hampir tiap pekan ditemukan mutasi baru.

        Meski begitu, saat ini hanya beberapa varian baru yang menjadi perhatian utama (variants of concern) para tenaga medis di dunia, yakni B.1.1.7, B.1.351, dan P.1. Ada kemungkinan muncul varian baru Covid-19 yang juga butuh lebih banyak perhatian. Sebab, virus corona menyebar tak terkendali di seluruh dunia. Itu artinya ada potensi virus corona berevolusi menjadi virus yang lebih efisien, termasuk lebih menular, lebih mematikan, dan lebih sulit dilawan dengan vaksinasi (Irhamsyah, 2022). Mutasi virus RNA, tidak hanya Coronavirus, biasanya terjadi pada saat proses replikasi RNA. Pada proses ini, RNA negatif disintesa dari RNA positif atau sebaliknya. Sintesa ini dilakukan oleh enzim RNA polimerase dan sekuen RNA yang disintesa adalah yang komplemen dengan templet. Pada saat sintesa RNA ini, RNA polimerase terkadang salah baca sehingga yang terbentuk bukanlah sekuen yang komplemen dengan templat. Alhasil, sekuen yang terbentuk adalah yang sudah termutasi.

        Untuk virus DNA, dimana yang berperan adalah DNA polimerase, kesalahan yang sama juga terjadi. Tatapi kesalahan ini bisa diperbaiki, karena untuk replikasi DNA ada enzim exonuclease yang berfungsi sebagai "proof-reading " atau "error correction ". Artinya, kalau ada sekuen yang disintesa tidak komplemen dengan template, enzim exonulease ini akan membuang sekuen terebut, dan baru kemudian proses sintesa jalan kembali. Perbedaan inilah sebenarnya yang menyebabkan virus RNA, yang di dalamnya termasuk Coronavirus, bermutasi jauh lebih cepat daripada virus DNA (Utama, 2003).


Daftar Pustaka:

Irwansyah, M. 2022. Varian Baru Covid-19, Mengapa Virus Corona Bisa Bermutasi? [online] Web: https://primayahospital.com/covid-19/varian-baru-covid-19/. Diakses pada tanggal 20 Maret 2022.

Parwanto, M.E., 2021. Virus Corona (SARS-CoV-2) penyebab COVID-19 kini telah bermutasi. Jurnal Biomedika Dan Kesehatan, 4(2), pp.47-49.

Santoso, A.M.H., 2022. COVID-19: VARIAN DAN MUTASI. Jurnal Medika Hutama, 3(02 Januari), pp.1980-1986.

Utama, A. 2003. Virus baru : Coronavirus dan Penyakit SARS. [online]. Web: http://lipi.go.id/berita/virus-baru-:-coronavirus-dan-penyakit-sars/176. Diakses pada tanggal 20 Maret 2022.


Semoga dapat terus menginspirasi 😁

======================= 

KABINET SIGMA!

SINERGY, INTERGRITY, MORALITY!


Jangan lupa staytune terus medsos UKMPR yaa✨🤗

📱Fanspage fb : Ukmpr Unsoed

📱Instagram : @ukmpr.unsoed

📱Line : @pvg0902f

📱Blog : ukm-penalaranriset.blogspot.co.id

📱Youtube : UKMPR UNSOED

📱Tik Tok: unsoed.ukmpr

📱Telechanel: @ukmpr.unsoed

📱Telebot: @ukmprunsoed_bot


Salam Riset!!! Sukses!!!

#UKMPR #kabinetsigma #unsoed #purwokerto

Komentar