KAJIAN UKMPR: Flexing di Dunia Perkuliahan sebagai Ajang Pengakuan Kelas ?

 


[KAJIAN UKMPR]

Salam Riset!!! Sukses!!!

Hello guys, kali ini kajian UKMPR kembali hadir nih. Nah buat hari ini ada kajian menarik dari sahabat kita yang berjudul: 


Flexing di Dunia Perkuliahan sebagai Ajang Pengakuan Kelas ?

Rafi Mahardika Adam Pratama

Administrasi Publik (2021)

Yuk disimak!

Flexing di dunia perkuliahan merupakan fenomena yang semakin marak terjadi belakangan ini. Flexing dapat diartikan sebagai tindakan untuk memperlihatkan kekayaan dan kemewahan yang dimiliki seseorang dalam bentuk materi atau non-materi. Di dunia perkuliahan, flexing seringkali menjadi ajang untuk memperlihatkan status sosial dan pengakuan kelas. Seiring dengan semakin tingginya biaya kuliah dan gaya hidup yang semakin konsumtif, flexing di dunia perkuliahan semakin menjadi hal yang umum terjadi. 

Banyak mahasiswa yang merasa perlu untuk memperlihatkan kekayaan mereka, baik dalam bentuk gadget, pakaian, atau kendaraan. Hal ini terkadang dilakukan untuk memperoleh pengakuan dari teman-teman mereka, atau untuk menunjukkan bahwa mereka termasuk dalam golongan tertentu yang memiliki status sosial yang tinggi. Namun, tidak sedikit juga mahasiswa yang tidak mampu untuk melakukan flexing tersebut, sehingga mereka merasa terpinggirkan dan kurang dihargai oleh teman-teman mereka. Padahal, sebenarnya kemampuan finansial seseorang tidak selalu menunjukkan nilai dan kualitas dari diri seseorang itu sendiri. Selain itu, flexing di dunia perkuliahan juga dapat mengakibatkan berbagai masalah, seperti tekanan sosial dan kemungkinan menghabiskan uang yang sebenarnya tidak perlu. 

Mahasiswa yang terlalu fokus pada tampilan dan pengakuan kelas seringkali mengabaikan hal-hal yang sebenarnya lebih penting, seperti belajar dengan tekun dan memperluas wawasan. Oleh karena itu, perlu dilakukan upaya untuk mengurangi fenomena flexing di dunia perkuliahan. Salah satunya adalah dengan membangun kesadaran akan pentingnya fokus pada hal-hal yang lebih penting dalam proses perkuliahan, seperti belajar dengan tekun dan mengembangkan kemampuan yang dimiliki. Selain itu, perlu juga membangun kesadaran bahwa kemampuan finansial seseorang tidak selalu menunjukkan nilai dari diri seseorang itu sendiri. 

Para mahasiswa juga perlu diingatkan bahwa pengakuan kelas yang didapat dari melakukan flexing hanya bersifat sementara dan tidak dapat bertahan lama. Sebaliknya, pengakuan yang didapat dari kualitas dan kuantitas karya yang dihasilkan akan jauh lebih berarti dan mampu bertahan lama. Dalam kesimpulannya, flexing di dunia perkuliahan sebagai ajang pengakuan kelas memang marak terjadi. Namun, fenomena ini perlu dikurangi untuk mengurangi tekanan sosial dan membangun kesadaran pada hal-hal yang lebih penting dalam proses perkuliahan. Perlu diingatkan bahwa kemampuan finansial tidak selalu menunjukkan nilai dari diri seseorang itu sendiri, dan pengakuan yang didapat dari kualitas dan kuantitas karya yang dihasilkan akan jauh lebih berarti.


Referensi :

Bakti, I. S., Anismar, A., & Amin, K. (2020). Pamer Kemewahan: Kajian Teori Konsumsi Thorstein Veblen. Jurnal Sosiologi USK (Media Pemikiran & Aplikasi), 14(1), 81-98.

Dwijayanti, R. I., Rajagukguk, S., & Budiana, A. MODERNITAS DALAM KEHIDUPAN HEDONIS REMAJA PUTRI.

Faesol, A. (2022, November). Media Sosial dan Sufisme: Gambaran Religious Style pada Generasi Milenial. In EAIC: Esoterik Annual International Conferences (Vol. 1, No. 01).

======================= 

KABINET ANGGARAKSA!

BERSAMA KITA BISA!


Jangan lupa staytune terus medsos UKMPR yaa✨🤗

📱Fanspage fb : Ukmpr Unsoed

📱Instagram : @ukmpr.unsoed

📱Line : @pvg0902f

📱Blog : ukm-penalaranriset.blogspot.co.id

📱Youtube : UKMPR UNSOED

📱Tik Tok: unsoed.ukmpr

📱Telechanel: @ukmpr.unsoed

📱Telebot: @ukmprunsoed_bot


Salam Riset!!! Sukses!!!

#UKMPR #kabinetanggaraksa #unsoed #purwokerto


Komentar