KAJIAN UKMPR: Hubungan Antara Frekuensi Konsumsi Makanan Fermentasi Tradisional dengan Keseimbangan Hormon Serotinin

 

[KAJIAN UKMPR]

Salam Riset!!! Sukses!!!

Halo guys, kajian UKMPR kembali hadir menyapa kalian. Kali ini ada kajian menarik dengan judul:

Hubungan Antara Frekuensi Konsumsi Makanan Fermentasi Tradisional dengan Keseimbangan Hormon Serotinin

Nama         : Neta Bela Agustin

Jurusan         : Biologi

Angkatan       : 2024

Yuk disimak!

Semoga bermanfaat

Makanan fermentasi tradisional seperti tempe, tape, dadih, kimchi dan oncom bukan hanya kaya nutrisi, tetapi juga mengandung probiotik yang berperan penting dalam menjaga kesehatan usus. Kesehatan usus sangat erat kaitannya dengan hormon yang bisa memengaruhi suasana hati kita, yaitu serotonin. Serotonin (5-hydroxytryptamine) merupakan hormon dan neurotransmiter yang bertanggung jawab dalam mengatur berbagai fungsi tubuh, termasuk suasana hati (mood), nafsu makan, tidur, dan fungsi kognitif. Sekitar 90% serotonin dalam tubuh manusia diproduksi di saluran pencernaan, bukan di otak. Ini artinya, kesehatan usus memiliki peran besar terhadap kondisi psikologis kita. Hubungan antara usus dan otak ini dikenal sebagai gut-brain axis. Proses ini sangat bergantung pada mikrobiota usus yang sehat dan seimbang. 

Makanan fermentasi berkontribusi pada keseimbangan mikroba tersebut melalui kandungan probiotiknya, yang dapat membantu produksi serotonin secara tidak langsung. Makanan fermentasi mengandung probiotik, yaitu mikroorganisme hidup yang dapat memberikan manfaat kesehatan ketika dikonsumsi dalam jumlah cukup. Probiotik membantu menyeimbangkan mikrobiota usus, yaitu sekumpulan mikroorganisme baik yang tinggal di dalam sistem pencernaan kita. Mikrobiota ini berperan dalam metabolisme tryptophan, yaitu asam amino prekursor serotonin. Keseimbangan mikrobiota usus dapat meningkatkan efisiensi produksi serotonin. Beberapa penelitian menunjukkan bahwa konsumsi probiotik secara rutin dapat membantu mengurangi gejala depresi ringan hingga sedang. Artinya, makanan fermentasi bisa menjadi bagian dari strategi mendukung kesehatan mental.

Sebuah studi tahun 2022 oleh Liu et al., ditemukan bahwa peserta yang mengonsumsi makanan fermentasi sebanyak 3-5 kali seminggu mengalami peningkatan kadar serotonin hingga 20% dibandingkan kelompok yang tidak mengonsumsinya. Selain itu, mereka juga mengalami peningkatan kualitas tidur dan penurunan tingkat kecemasan. Penelitian lain dari Annals of General Psychiatry (Wallace & Milev, 2017) menunjukkan bahwa konsumsi probiotik selama 8 minggu dapat menurunkan skor depresi pada skala standar seperti Beck Depression Inventory. Walaupun sebagian besar studi masih dilakukan dalam skala terbatas atau menggunakan hewan percobaan, hasil-hasil ini tetap membuka potensi besar akan peran pola makan dalam mengatur keseimbangan hormonal, khususnya serotonin.

Untuk mendapatkan manfaat optimal dari makanan fermentasi terhadap keseimbangan hormon serotonin, pola konsumsi yang konsisten sangat penting. Tips mengonsumsi serotonin disarankan untuk mengonsumsi makanan fermentasi sebanyak tiga hingga empat kali dalam seminggu secara rutin. Jenis makanan yang dikonsumsi juga sebaiknya bervariasi, seperti tempe, tape, dadih, atau oncom, agar mikrobiota usus mendapatkan keanekaragaman mikroorganisme yang diperlukan.  Selain itu, konsumsi makanan fermentasi sebaiknya dikombinasikan dengan makanan kaya serat seperti sayuran, buah-buahan, dan biji-bijian, yang berfungsi sebagai prebiotik untuk mendukung pertumbuhan probiotik dalam usus. 

Dengan menjaga keseimbangan antara probiotik dan prebiotik dalam pola makan harian, kita dapat mendukung kesehatan saluran cerna dan produksi serotonin secara lebih efektif. Variasi jenis dan pola makan yang teratur akan memberikan hasil jangka panjang yang lebih stabil dan bermanfaat bagi kesehatan mental secara keseluruhan. Penting juga untuk memperhatikan cara pengolahan makanan fermentasi tersebut; misalnya, hindari pemasakan berlebih seperti digoreng terlalu lama atau dipanaskan pada suhu tinggi karena dapat membunuh mikroorganisme probiotik yang justru menjadi kunci manfaatnya.

Berdasarkan kajian yang telah dipaparkan, dapat disimpulkan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara frekuensi konsumsi makanan fermentasi tradisional dengan keseimbangan hormon serotonin dalam tubuh. Makanan fermentasi seperti tempe, tape, dadih, dan oncom terbukti mengandung probiotik alami yang mampu mendukung kesehatan mikrobiota usus. Keseimbangan mikrobiota usus ini berperan penting dalam proses metabolisme triptofan menjadi serotonin, sebuah neurotransmiter yang sangat berpengaruh terhadap kondisi psikologis seseorang, seperti suasana hati, pola tidur, dan tingkat stres.

Kajian ini memperkuat pemahaman tentang pentingnya pola makan berbasis lokal dan tradisional sebagai salah satu pendekatan alternatif dan preventif dalam menjaga kesehatan mental. Kajian ini juga relevan dengan upaya pencapaian Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (Sustainable Development Goals), khususnya pada poin ke-3 yaitu “Good Health and Well-Being.” Pendekatan berbasis pangan lokal ini tidak hanya bersifat murah dan mudah dijangkau oleh masyarakat luas, tetapi juga lebih berkelanjutan secara lingkungan dan sosial. Oleh karena itu, edukasi dan promosi mengenai manfaat kesehatan dari makanan fermentasi tradisional perlu terus ditingkatkan, baik di kalangan akademisi, masyarakat umum, maupun pembuat kebijakan. 

“Makanan fermentasi bukan sekadar tradisi, tapi kunci alami menjaga serotonin dan kesehatan mental kita.”

Daftar Pustaka:

Agus, A., Planchais, J., & Sokol, H. (2018). Gut microbiota regulation of tryptophan metabolism in health and disease. Cell Host & Microbe, 23(6), 716–724.

Asih, D. N., et al. (2019). Pengaruh Penambahan Sari Buah Pisang Ambon (Musa paradisiaca var. sapientum) terhadap Kualitas Yogurt. Jurnal Sain Peternakan Indonesia, 14(1), 45–52.

Atmaja, B., & Rafelia, V. (2022). Hubungan antara Psikobiotik dengan Gangguan Kecemasan. Majalah Kedokteran Indonesia, 72(2), 110–115.

Liu, Y., Zhang, M., & Chen, X. (2022). Fermented food intake and gut-brain axis: The link to serotonin regulation. Journal of Nutrition and Mental Health, 10(3), 221–230.

Suryawan, A., et al. (2021). Peran Bifidobacterium dalam Perkembangan Otak dan Tumbuh Kembang Anak. Sari Pediatri, 22(5), 326–331.

Semoga dapat terus menginspirasi 😁

======================= 

KABINET AMARACITA!

SINERGI TANPA HENTI!


Jangan lupa staytune terus medsos UKMPR yaa✨🤗

📱Fanspage fb : Ukmpr Unsoed

📱Instagram : @ukmpr.unsoed

📱Line : @pvg0902f

📱Blog : ukm-penalaranriset.blogspot.co.id

📱Youtube : UKMPR UNSOED

📱Tik Tok: unsoed.ukmpr

📱Telechanel: @ukmpr.unsoed

📱Telebot: @ukmprunsoed_bot


Salam Riset!!! Sukses!!!

#UKMPR #kabinetamaracita #unsoed #purwokerto


Komentar

Postingan populer dari blog ini

“Trik Lolos Karya Tulis, PMW dan PKM”

[PRESS RELEASE UKMPR PEDULI]

KAJIAN UKMPR: Wave Energy Converters (WECs): Teknologi Konversi Energi Gelombang Laut (Ocean Wave) dalam Integrasi Transisi Energi Terbarukan untuk Mencapai Nett Zero Emission