KAJIAN UKMPR: Menuju Indonesia Emas atau Indonesia Cemas? Benarkah Gen Z Lebih Nyaman Bersuara di Layar daripada di Lapangan?
[KAJIAN UKMPR]
Salam Riset!!! Sukses!!!
Hallo guys, kajian UKMPR kembali hadir nih! Kali ini ada tulisan menarik dari sahabat kita dengan bahasan yang sangat relevan untuk masa depan bangsa, khususnya dalam menyambut bonus demografi 2045.
Yuk simak tulisan berikut:
Menuju Indonesia Emas atau Indonesia Cemas? Benarkah Gen Z Lebih Nyaman Bersuara di Layar daripada di Lapangan?
Nama : Linda Ramadani
Jurusan : Biologi Terapan
Angkatan : 2024
Tahun 2045 sering digaungkan sebagai tonggak menuju Indonesia Emas, ketika Indonesia diprediksi menikmati bonus demografi dengan dominasi usia produktif yang sangat besar. Dalam narasi ini, Generasi Z diposisikan sebagai penggerak utama kemajuan bangsa. Namun, di balik optimisme tersebut, muncul pertanyaan penting: apakah Gen Z benar-benar siap menjadi agen perubahan yang nyata? Atau justru lebih nyaman menjadi komentator digital yang bersuara lantang namun minim aksi nyata? Fenomena clicktivism atau aktivisme yang sebatas klik, unggahan, dan komentar di media sosial telah menciptakan wajah baru partisipasi sosial-politik yang cenderung pasif meskipun terlihat aktif. Isu-isu besar seperti lingkungan, keadilan gender, hingga konflik politik dengan cepat menjadi viral di Instagram, TikTok, dan X (dulu Twitter), tetapi tak jarang semuanya berhenti pada batas layar (Zakaria, 2022).
Di satu sisi, Gen Z adalah generasi yang paling terhubung dengan dunia informasi dan punya tingkat kesadaran sosial yang tinggi. Mereka tidak ragu mengangkat isu-isu sensitif, membuat konten edukatif, bahkan menginisiasi diskusi daring yang kritis. Namun, banyak dari mereka masih ragu turun langsung ke lapangan. Aksi seperti menghadiri forum kebijakan, terlibat dalam advokasi masyarakat, atau membentuk komunitas perubahan masih belum menjadi kebiasaan luas. Ketakutan akan cancel culture, tekanan sosial dari lingkungan sekitar, dan kurangnya ruang aman untuk berekspresi membuat ruang digital menjadi tempat paling nyaman untuk bersuara. Padahal, jika tidak ada langkah nyata yang diambil, perjuangan mereka hanya akan menjadi gema dalam ruang gema (echo chamber) yang sempit (Putra et al, 2024).
Bahaya muncul ketika demokrasi hanya diisi oleh suara, bukan gerakan. Jika partisipasi anak muda hanya berhenti pada media sosial, maka ruang publik akan dikuasai oleh kelompok yang lebih siap bergerak—bahkan jika mereka membawa agenda yang tidak progresif. Demokrasi sejati bukanlah tentang banyaknya likes atau tagar yang trending, tetapi tentang keterlibatan langsung dalam proses perubahan. Maka dari itu, potensi besar Gen Z harus diarahkan ke ranah aksi. Koneksi digital yang kuat, pemahaman isu yang luas, serta akses pada teknologi bisa menjadi modal besar untuk menjembatani dunia maya dan dunia nyata. Kampus, organisasi kemahasiswaan, UKM, dan komunitas adalah titik awal yang strategis untuk memulai langkah-langkah konkret (Alchatib et al, 2021).
Untuk menjawab tantangan menuju Indonesia Emas, dibutuhkan lebih dari sekadar suara di layar. Generasi muda harus berani melangkah, belajar, dan terlibat langsung dalam dinamika sosial dan politik. Diskusi publik, petisi, pengawasan kebijakan, hingga kolaborasi lintas sektor bisa menjadi jalan untuk mengubah kesadaran menjadi kontribusi. Literasi politik harus ditanamkan sejak dini agar Gen Z tidak hanya menjadi pengamat, tetapi pelaku perubahan. Karena masa depan Indonesia tidak ditentukan oleh seberapa viral sebuah isu, tetapi oleh seberapa banyak anak muda yang berani bergerak untuk memperbaiki negeri ini—dari layar ke lapangan, dari klik ke kontribusi (Aulia et al, 2024).
Berlayar sampan di tengah samudera,
Menatap langit bersama harapan.
Gen Z bersuara bukan sekadar wacana,
Tapi langkah nyata untuk perubahan.
Sudah saatnya Generasi Z tidak hanya menjadi saksi digital, tetapi menjadi aktor utama dalam panggung perubahan menuju Indonesia yang lebih adil, inklusif, dan progresif. Tetap semangat, tetap inspiratif, dan teruslah berkembang! Sampai jumpa di kajian selanjutnya!
Daftar Pustaka
Alchatib, S.R., Haqqi, H. & Murdani, A.D. (2021). Penguatan Nilai Demokrasi Melalui Peran Gen Z Indonesia dalam Media Online. Jurnal Pengabdian Masyarakat Berkemajuan, 4(3), 703–708.
Aulia, S.K., Saragih, S.Z., Adi, P.N. & Hubi, Z.B. (2024). Tinjauan Peran Pendidikan Politik dalam Kehidupan Demokrasi Generasi Z. Jurnal Kewarganegaraan, 8(2), 1461–1471.
Pangaribuan, F.A. (2023). Indonesia Emas 2045, Eranya Gen-Z : Generasi Emas atau Penuh Cemas?. Diakses dari https://images.app.goo.gl/hANikiPhSKGgGfwM9 pada 9 April 2025.
Putra, T.R., Wahyuni, R.T., Meilani, N., Anjani, M. & Sari, D.K. (2024). Paritisipasi Politik Gen Z: Eksplorasi Peran Media Sosial dalam Pembentukan Kesadaran Politik Remaja. Jurnal Pendidikan Kewarganegaraan dan Politik, 2(1), 61–68.
Zakaria, D. (2022). Praktik Kewargaan Digital Sebagai Edukasi Publik: Kajian Aktivisme Digital di Indonesia. Jurnal Komunikasi Profesional, 6(6), 631–644.
=======================
KABINET AMARACITA!
SINERGI TANPA HENTI!
Jangan lupa staytune terus medsos UKMPR yaa✨🤗
📱Fanpage fb : Ukmpr Unsoed
📱Instagram : @ukmpr.unsoed
📱Line : @pvg0902f
📱Blog : ukm-penalaranriset.blogspot.co.id
📱Youtube : UKMPR UNSOED
📱Tik Tok: unsoed.ukmpr
📱Telechanel: @ukmpr.unsoed
📱Telebot: @ukmprunsoed_bot
Salam Riset!!! Sukses!!!
#UKMPR #kabinetamaracita #unsoed #purwokerto
Komentar
Posting Komentar