KAJIAN UKMPR 6


πŸ“–[KAJIAN UKMPR]πŸ“–

Hallo guys
Apa kabar semuanyaaa???
.
Kali ini kajian UKMPR kembali hadir nih, πŸ˜πŸ˜€
.
Nah buat hari Selasa ini ada kajian menarik dari sahabat kita yang berjudul :
Yuk disimak!
Semoga bermanfaat

Pentingnya Penanaman Jiwa Entrepreneurship Bagi Generasi Milenial


Yuk disimak!
Semoga bermanfaat


Pentingnya Penanaman Jiwa Entrepreneurship Bagi Generasi Milenial
Oleh : Hafidz Fadhli (Manajemen Internasional 2016)


Saat ini, istilah generasi milenial menjadi topik yang cukup hangat dikalangan masyarakat. Tapi sebenarnya, siapakah generasi millenials itu dan apakah masyarakat benar-benar mengerti akan sebutan itu?
Generasi millennials atau terkadang juga bisa kita sebut dengan generasi Y adalah sekelompok orang yang lahir setelah Generasi X, yaitu orang yang lahir pada kisaran tahun 1980- 2000an. Maka ini berarti millenials adalah generasi muda yang berumur 17- 37 pada tahun ini. Millennials sendiri dianggap spesial karena generasi ini sangat berbeda dengan generasi sebelumnya, apalagi dalam hal yang berkaitan dengan teknologi.
Disisi lain, kita sebagai generasi milenial harus memberi perhatian lebih terhadap ancaman dan rintangan yang akan kita hadapi. Generasi milenial diprediksi akan kesulitan untuk mendapatkan rumah alias bakal menjadi 'gelandangan' dalam beberapa tahun mendatang. Padahal generasi ini merupakan kaum penerus saat ini.
Berdasarkan hasil survei yang dilakukan oleh Rumah123, dalam 3 tahun mendatang atau pada 2020, hanya 5% kaum dari milenial yang sanggup membeli rumah di Jakarta dan sekitarnya. Sisanya 95% kaum milenial di Jakarta entah tinggal di mana.
Penghasilan rata-rata dari kaum milenial saat ini hanya single digit atau di bawah Rp 10 juta. Sementara kenaikan UMR saat ini rata-rata dibawah 10%. Kenaikan upah yang akan di dapat oleh generasi milenial ini tampaknya tak sebanding dengan kenaikan harga rumah. Menurut data Rumah123, kenaikan harga rumah jauh lebih besar dibanding kenaikan pendapatan generasi milenial pertahunnya. Rata-rata kenaikan properti di Indonesia pertahunnya mencapai 17%.
Menurut General Manager dari Rumah 123, Ignatius Untung, Kenaikan harga rumah sangat besar, bahkan pernah sampai 100% dalam setahun. Dan pula, menurut data di situsnya rumah seharga Rp 300 jutaan juga sulit ditemukan bahkan sudah hampir tidak ada. Rata-rata harga rumah di Jakarta sudah mencapai di atas Rp 1 miliar, untuk rumah second.
Dengan kondisi tersebut, hanya 4% lebih kaum generasi milenial yang memiliki gaji perbulan yang cukup untuk membeli rumah.
Jika kita telaah masalah tersebut lebih dalam, tidak dapat kita pungkiri lagi bahwa ancaman terhadap kaum milenial tersebut makin diperparah oleh fakta dari angka pengangguran yang ada di Indonesia. BPS mencatat Jumlah pengangguran di DKI Jakarta pada Agustus 2017 mencapai 346.940 ribu jiwa dengan Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) sebesar 7,14 persen dari total angkatan kerja. Angka ini meningkat dibandingkan dengan posisi Februari 2017 hanya 5,36 persen maupun dari posisi Agustus 2016 sebesar 6,12 persen. Tingkat pengangguran di Ibu Kota tersebut juga jauh di atas TPT nasional, yakni 5,5 persen.
 Jika dilihat lagi beberapa masalah yang sudah dipaparkan diatas, dapat kita simpulkan bahwa generasi milenial yang sudah memiliki penghasilan dikisaran UMR saja sangat sulit dan terancam untuk tidak memiliki hunian berupa rumah di Jakarta, apalagi dengan fakta jumlah penduduk pengangguran yang terbilang cukup banyak. Dirasa suatu hal yang mustahil bagi penggangguran untuk memiliki hunian rumah di DKI Jakarta dan sekitarnya.
Setelah kita menggambarkan beberapa masalah yang ada di DKI Jakarta, tentunya hal tersebut menjadi cerminan pula bagi seluruh daerah yang ada di Indonesia, dikarenakan DKI Jakarta merupakan Ibukota dari negara Indonesia yang menjadi pusat perekonomian maupun pemerintahan. Melihat fakta memprihatinkan tersebut, lalu apa yang harus dilakukan oleh generasi milenial dalam menghadapi masalah ini?
Zaman yang semakin berkembang ini menuntut kita untuk lebih tanggap dalam beradaptasi dengan masyarakat sosial. Perkembangan teknologi, sosial, bahkan ekonomi sangat berpengaruh pada pemenuhan kebutuhan hidup. Namun, angka pengangguran yang semakin melonjak tiap tahunnya menjadi hambatan bagi pertumbuhan ekonomi. Menurut Badan Pusat statistik pada okezone.com, mencatat bahwa angka pengangguran lulusan universitas mencapai 360 ribu orang. Hal ini menunjukkan bahwa sekarang ini para lulusan sekarang tersebut tidak bisa hanya mengandalkan ijazah tetapi juga harus mempunyai kemampuan juga. Perusahaan semakin selektif dalam memilih karyawannya karena persaingan yang semakin meluas. Dewasa ini bukan hanya tentang ijazah tetapi kemampuan yang sesungguhnyalah yang dicari. Salah satu alternatif mengatasi masalah tersebut adalah dengan menanamkan jiwa wirausaha pada mahasiswa sejak dini.
Dikalangan mahasiswa untuk bergelut dibidang wirausaha boleh dikatakan masih sangatlah minim. Mereka hanya berfikir setelah lulus harus bisa bekerja diperusahaan terkemuka padahal jika kita fikir kembali mau sehebat apapun jabatan kita di suatu perusahaan kita hanya seorang pesuruh. Beda dengan wirausaha maupunun kita jadi pemilik suatu usaha kecil kitalah yang menjadi bosnya. Jam kerja kita yang tentukan, hari libur seterah kita dan keuntungan tanpa dipotong apapun. Dari tidak ada modal sampai tidak mempunyai rencana yang serius dan matang adalah alasan yang sering dikemukakan oleh para mahasiswa. Pola pikir mahasiswa yang demikian perlu dibenahi agar dapat lebih memahami seberapa besar peranan wirausaha dalam kehidupan sehari-hari. Peran pendidikan khususnya pada perguruan tinggi sangat penting untuk menumbuhkan minat mahasiswa dalam berwirausaha sehingga terbatasnya lapangan pekerjaan tidak lagi menjadi masalah besar karena mahasiswa sudah mampu menjalankan usaha sendiri.
Jiwa wirausaha dapat dibangkitkan melalui pembelajaran dan pelatihan secara matang disekolah. Semua itu dilakukan agar mereka bisa mengubah pola pikir mereka agar setelah lulus nanti mereka sudah merencanakan akan membuat usaha apa bukan mencari kerja apa. Pelatihan tersebut juga berguna untuk membangkitkan jiwa-jiwa pengusaha yang hebat dan tangguh serta tahan terhadap tekanan dalam menjalani usaha yang akan dirintis. Karena itu, jika para mahasiswa, setelah keluar dari perguruan tinggi tidak memiliki jiwa wirausaha itu, mungkin karena pendidikan yang dikembangkan perguruan tinggi, tidak mengajarkan bagaimana cara membangkitkan jiwa wirausaha dalam diri mereka, sehingga mereka pasif dalam menghadapi masa depan mereka. Mereka harus diberikan bekal secara teoritis baru setelah itu melakukan survey ke beberapa perusahaan atau home industry agar mereke bisa melihat secara langsung dan menanyakan pengalaman-pengalaman pengusaha pengusaha tersebut. Itu sangat berguna untuk lebih meningkatkan jiwa wirausaha.
Banyak manfaat yang dapat diambil apabila kita bisa menjadi wirausaha. Baik untuk diri sendiri maupun orang lain. Kita bisa melatih dan mengevaluasi kemampuan kewirausahaan kita dengan prakteknya secara langsung serta mengasah agar lebih baik lagi agar bisa berbagi pengalaman dengan orang lain dan menumbuhkan benih benih generasi muda yang mampu berwirausaha. Kita juga bisa memenuhi kebutuhan diri sendiri sehingga tidak lagi membebani orang tua. Dan yang paling penting kita bisa membuka lapangan kerja baru untuk orang lain dan secara tak langsung membantu pemerintah dalam mengurangi masalah pengangguran. Hal ini boleh jadi membawa perubahan bagi Indonesia kearah yang lebih baik , karena sejatinya perbaikan nasib negeri itu harus berdasar pada kemauan, keuletan dan kerja keras.

~

Kabinet INTEGRASI
Never Give Up !

===
Jangan lupa pantengin terus medsos UKMPR ya!
πŸ“±  Fanspage Fb : Ukmpr Unsoed
πŸ“±  Instagram : @ukmpr.unsoed
πŸ“±  Line@ : @pvg0902f
πŸ…±  Blog : ukm-penalaranriset.blogspot.co.id

Salam Riset!!!
Sukses!!!

#kabinetintegrasi #ukmpr #unsoed #purwokerto
[MEDIA UKMPR 2018]

Komentar