Kajian UKMPR : Quarter Life Crisis

 

QUARTER LIFE CRISIS, SIAPA TAKUT…

Sisca Yulieta Putri

Administrasi Publik 2019

Quarter Life Crisis atau QLC merupakan sebuah kondisi dimana seseorang mulai mempertanyakan apa tujuan hidupnya, dan mulai berpikir berlebihan atau over thinking terhadap suatu pilihan atau siklus dalam hidupnya. Biasanya, QLC terjadi pada masa kedewasaan, seperti mereka yang berusia 21 tahun hingga awal 30 tahun. Bagi sebagian besar individu , masa-masa QLC atau di usia 20 tahunan tidak harus berjalan dalam sebuah krisis , melainkan menjadi masa-masa yang menyenangkan karena ada kesempatan  untuk mencoba segala kemungkinan guna memperoleh akan hidup yang lebih mendalam. Namun, beberapa individu lainnya ada yang menjalani QLC dengan perasaan panik penuh tekanan, insecure, dan tidak bermakna (Nash dan Murray, 2010).

Berdasarkan penelitian yang dilakukan Dr. Oliver Robinson dari Universitas Greenwich, akan ada empat tahapan sebelum seseorang merasakan QLC, yaitu perasaan terjebak dalam situasi, pikiran bahwa perubahan mungkin terjadi, membangun kembali kehidupan yang baru, dan mengukuhkan komitmen terkait ketertarikan, aspirasi, dan nilai-nilai yang dipegang. Adapun aspek yang menjadi pemicu hal ini umumnya berkaitan dengan karier, hubungan, hingga keinginan untuk memiliki properti. Tanda- tanda seseorang mengalami QLC diantaranya adalah merasa tidak bahagia dalam menjalani rutinitas, sering mencemaskan apa yang akan terjadi dimasa depan,  merasa minder saat melihat aktivitas teman di media sosial, mulai menyadari bahwa segala hal tidak selalu berjalan sempurna, dan merasa tidak bahagia, walaupun memiliki segudang prestasi.

Saat sesorang mengalami QLC, ada beberapa hal yang menjadi kedilemaan yang memicu overthingking, seperti menentukan pilihan dalam hidup, menentukan makna hidup,  ekspektasi dari orang lain, pertemanan yang semakin mengerucut, hingga masalah percintaan. Hal tersebut perlu dihadapi dengan tips atau strategi yang baik agar masa-masa QLC menjadi masa yang menyenangkan. Berikut beberapa tips yang bisa diterapkan ketika kita sedang mengalami masa-masa QLC, antara lain:

1.      Filosofi kehidupan mengikuti arus dan takdir. Kita perlu menerima bahwasannya memang sedang merasakan beberapa kegelisahan hingga overthingking dan menyadari bahwa itu semua sudah menjadi suatu hal yang wajar dan akan dialami oleh semua individu

2.      Mulailah proaktif, sadari hal apa yang membuat QLC muncul, cari penyebab, mulai cari solusi yang cocok. Kita juga perlu menyadari hal apa yang sedang kita pikirkan atau hal yang menjadi pertanyaan-pertanyaan yang selalu muncul dalam benak kita di masa QLC ini, misalnya dengan mulai mengenali apa saja kelebihan dan kekurangan yang ada dalam diri kita, selanjutnya dari hal tersebut kita rancang target dalam rangka mengupgrade kelebihan dan mengatasi kekurangan. Serta mempersiapkan hal-hal yang perlu dicapai dalam rangka menuju masa depan yang lebih baik atau meraih cita-cita dan tak lupa untuk berusaha semaksimal mungkin serta berdoa. Dengan ini, diri kita akan terfokuskan pada hal – hal yang sifatnya lebih produktif daripada hanya sekedar stuck dalam pikiran overthingking.

3.      Sabar menjalani proses, namanya  perjalanan hidup, butuh waktu dan pemahaman diri, masyarakat, serta beradaptasi dengan perkembangan zaman. Dalam hal ini, kita juga perlu menghargai yang namanya proses dan menghargai apa yang sudah diri kita usahakan. Ketika kita hanya fokus pada keberhasilan sebuh pencapaian, besar  kemungkinan kita kurang siap untuk menghadapi sebuah kegagalan dan tak jarang menjudge diri sendiri. Hal ini akan berpengaruh tidak baik untuk diri sendiri. Oleh karena itu, jalanilah proses itu dengan kesabaran dan pikiran yang positif agar kita siap menghadapi apapun di masa yang akan datang. Kegagalan juga tidak selamanya buruk. Hal itu justru bisa menjadi pembelajaran dan pendorong kita untuk memperbaiki diri dan meningkatkan kualitas diri.

                 Jadi, QLC adalah sebuah kondisi yang wajar dan akan dialami oleh setiap individu. Karena banyak hal yang membuat kita overthingking, kemungkinan besar keadaan ini membuat kita tidak nyaman bahkan gelisah yang akan berdampak kurang baik pada aktivitas keseharian kita bahkan masa depan. Dengan menerapkan ketiga tips tersebut, maka kita akan lebih produktif dan merasa senang dalam menghadapi masa – masa Qurter Life Crisis dan tidak perlu takut lagi menhadapi masa-masa ini serta tidak hanya stuck di masa- masa overthingking yang pada akhirnya jika hanya sekedar dipikirkan tanpa diterapkan juga kurang berarti bagi hidup kita. Sebagai manusia, kita hanya perlu berusaha semaksimal mungkin dan berdoa, mempercayakan semua hasilnya kepada Tuhan atau dengan kata lain yaitu bertawakal. Yakinlah, bahwa hasil tidak akan mengkhianati usaha.

 

Daftar Pustaka:

“Quarter Life Crisis: Kehidupan Dewasa Datang, Krisis pun Menghadang”. Tirto.id. Diakses pada tanggal 14 November 2020

Beaton, Caroline. “Why Millenials Need Qoarter-Life Crisis

Robinson, Oliver.” Quarter Life Crisis: An overview of theory and research.”

“Mengenal Guarter Life Crisis: Apa penyebab dan Tandanya”. Greatdayhr. Com. Diakses pada tanggal 14 November 2020

Semoga dapat menginspirasi

--------------------------------------

Kabinet KOLABORASI

Satukan Visi Mari Bersinergi!!!*

Salam Riset 

Sukses


Komentar