Kajian UKMPR : Regulasi Emosi Diri Sendiri

[KAJIAN UKMPR]


Salam Riset !!! Sukses !!!


Hallo guys, kali ini kajian UKMPR Kembali hadir lhoo yang tidak kalah menarik juga dengan tema kajian yang sebelumnya. So, yuk kita baca salah satu kajian saudara kita yang menarik ini dengan judul :


Regulasi Emosi Diri Sendiri

Marlina Yoga Prihastina

Biologi (2019)


Yuk disimak!

Semoga bermanfaat


Hi teman-teman semua. Hari ini saatnya kita membaca kajian ilmiah nih. Wah, sekarang kita akan membahas tentang apa yaa? Nah, ada hal menarik yang akan dibahas sore ini nih, yaitu Regulasi Emosi Diri Sendiri. Nah yuk disimak!!!!

Manusia merupakan makhluk sosial yang tidak bisa hidup sendiri, dan setiap individu tidak lepas dari hubungan sosial dengan orang lain. Semua interaksi sosial yang dilakukan seorang individu memunculkan emosi dalam diri setiap individu. Dari emosi tersebut kemudian individu dapat menentukan sikap dan pikiran sehingga mampu bertindak sesuai dengan dirinya (Lewis & Jones, 2000). Dalam tulisannya, Duffy (2012) mengungkapkan bahwa marah adalah sesuatu yang sangat normal dan merupakan perasaan yang sehat. Namun sangatlah penting untuk membedakan antara marah, agresi dan kekerasan yang sering kali disa-makan. Marah merupakan potensi perilaku, yakni emosi yang dirasakan dalam diri seseorang. Sedangkan agresi atau kekerasan merupakan perilaku yang muncul akibat emosi tertentu, khususnya marah. Emosi marah tidak harus berujung pada perilaku agresi, marah yang dikelola dengan baik akan memunculkan perilaku yang dapat diterima norma sosial seperti perilaku asertif, namun jika marah tidak mampu dikelola dengan baik, maka marah dapat berdampak pada munculnya perilaku agresi atau kekerasan yang tidak diterima norma sosial.


Gross dan Thomson menyatakan bahwa regulasi emosi adalah serangkaian proses dimana emosi diatur sesuai dengan tujuan individu, baik dengan cara otomatis atau dikontrol, disadari atau tidak disadari dan melibatkan banyak komponen yang bekerja terus menerus sepanjang waktu. Regulasi itu sendiri adalah bentuk kontrol yang dilakukan seseorang terhadap emosi yang dimilikinya. Menurut Kostiuk regulasi emosi merupakan salah satu aspek yang penting dari perkembangan emosi seseorang. Ketidakmampuan meregulasi emosi menyebabkan seseorang tidak dapat membuat evaluasi yang masuk akal, tidak kreatif dalam meregulasi emosi dan juga ketidakmampuan membuat keputusan daalam berbagai konteks.



Strategi Regulasi Emosi Menurut Gross regulasi emosi dapat dilakukan individu dengan banyak cara, yaitu:

1. Seleksi Situasi (Situation Selection) Suatu cara dimana individu mendekati/menghindari orang atau situasi yang dapat menimbulkan emosi yang berlebihan. 

2. Modifikasi Situasi (Situation Modification) Suatu cara dimana seseorang mengubah lingkungan sehingga akan ikut mengurangi pengaruh kuat dari emosi yang timbul. Contohnya, seseorang yang mengatakan kepada temannya bahwa ia tidak mau membicarakan kegagalan yang dialaminya agar tidak bertambah sedih.

3. Mengalihkan Perhatian (Attention Deployment) Suatu cara dimana seseorang mengalihkan perhatian mereka dari situasi yang tidak menyenangkan untuk menghindari timbulnya emosi yang berlebihan. Contohnya, seseorang yang menonton film lucu, mendengar musik atau berolahraga untuk mengurangi kemarahan atau kesedihannya.

4. Perubahan Kognitif (Cognitive Change) Suatu strategi dimana individu mengevaluasi kembali situasi dengan mengubah cara berpikir menjadi lebih positif sehingga dapat mengurangi pengaruh kuat dari emosi. Contohnya, seseorang yang berpikir bahwa kegagalan yang dihadapi sebagai suatu tantangan daripada suatu ancaman.

Menurut Gross ada empat aspek yang digunakan untuk menentukan kemampuan regulasi emosi seseorang yaitu:

1. Kemampuan strategi regulasi emosi (Strategies to emotion regulation (strategies) ialah keyakinan individu untuk dapat mengatasi suatu masalah, memiliki kemampuan untuk menemukan suatu cara yang dapat mengurangi emosi negatif dan dapat dengan cepat menenangkan diri kembali setelah merasakan emosi yang berlebihan.

2. Kemampuan tidak terpengaruh emosi negatif (Engaging in goal directed behavior (goals)) ialah kemampuan individu untuk tidak terpengaruh oleh emosi negatif yang dirasakannya sehingga dapat tetap berpikir dan melakukan sesuatu dengan baik. 

3. Kemampuan mengontrol emosi (Control emotional responses (impulse)) ialah kemampuan individu untuk dapat mengontrol emosi yang dirasakannya dan respon emosi yang ditampilkan (respon fisiologis, tingkah laku dan nada suara), sehingga individu tidak akan merasakan emosi yang berlebihan dan menunjukkan respon emosi yang tepat. 

4. Kemampuan menerima respon emosi (Acceptance of emotional response (acceptance)) ialah kemampuan individu untuk menerima suatu peristiwa yang menimbulkan emosi negatif dan tidak merasa malu merasakan emosi tersebut.

Carroll Bryant, seorang penulis buku, berkata “Growing old is mandatory but growing up is optional”. Menjadi tua adalah pasti, tapi menjadi dewasa itu pilihan.

Umur tidak menjadi patokan untuk mengetahui kedewasaan seseorang. Kedewasaan tidak datang secara instan, tapi juga tidak bisa sekadar ditunggu begitu saja. Kamu harus melatih pola pikir dan sikap dewasa lewat berbagai proses kehidupan. Kuncinya adalah kemampuan dan keinginan untuk terus berproses memperbaiki diri menjadi lebih baik, dan open minded serta berkeinginan untuk belajar dalam setiap prosesnya.


DAFTAR PUSTAKA

Duffy, J. (2012). Managing Anger and Aggression: Practical Guidance for School. South Eastern Education and Library Board: Psychology/Behavior Support Section.

Gross dan Thompson, Handbook of Emotion Regulation, Guilford Press, New York, 2007.

Lewis, M., & Haviland-Jones, J. M. (2000). Handbook of Emotion 2nd Edition. New York: The Guilford Press.

 

Komentar

Posting Komentar