Kajian UKMPR : Body Shaming, Jangan Sampai Brain full Jadilah Orang yang Brainful


 [KAJIAN UKMPR] 


Salam Riset!!! Sukses!!!


Hello guys, kali ini kajian UKMPR kembali hadir nih.


 Nah buat hari ini ada kajian menarik dari sahabat kita yang berjudul:


Body Shaming, Jangan Sampai Brain full Jadilah Orang yang Brainful 


Dea Mudrikah

Biologi (2020)



Yuk disimak!

Semoga bermanfaat 


Sebelum mengenal lebih lanjut mengenai body shaming dan cara untuk menghadapinya dengan brainful thinking, apa yang dimaksud dengan brainful itu?Mari kita simak terlebih dahulu apa yang dimaksud dengan brainful.


Kata “Brainful” sendiri masih sangat jarang digunakan dalam kehidupan sehari-hari kita, hanya beberapa orang saja yang menggunakan kata ini sebagai kosakata sehari-hari. Makna dari brainful berbeda dengan brainfull dimana arti brainfull adalah keadaan otak yang penuh karena memikirkan suatu hal, sedangkan brainful berarti cerdas atau cara pemikiran seseorang yang selalu mengandalkan otaknya. Nah setelah mengetahui arti brainful, kita akan membahas mengenai Body shaming.


Body shaming mungkin sudah menjadi buah bibir di kalangan masyarakat, khususnya di lingkungan remaja millennial. Masa remaja inilah yang menjadi masa rawan terhadap adanya suatu tindakan yang menyimpang karena rasa ingin tahu mereka yang tinggi dan tujuan mereka untuk menemukan jati diri mereka. Rasa ingin tahu yang tinggi berjalan beriringan dengan adanya keinginan seseorang untuk menjadi sempurna di hadapan orang lain. Faktor inilah yang memunculkan perbedaan persepsi mengenai sesuatu yang tampak dengan sesuatu hal yang tersirat dalam diri seseorang. Cash (dalam Seawell dan Danoff-Burg2005:868) menyatakan bahwa ada lima aspek yang terdapat pada fisik yang nampak atau body image (citra tubuh), yaitu appearance evaluation (evaluasi penampilan), appearance orientation (orientasi penampilan), body areas satisfaction (kepuasan terhadap tubuh), overweight preoccupation (kelebihan berat badan), dan self classified weight (pengklasifikasian diri terhadap berat badan).


Perbuatan body shaming adalah suatu experience yang dialami oleh seseorang karena kekurangan yang ada pada dirinya dianggap suatu hal yang buruk bahkan negatif oleh orang lain di sekitarnya. Perlakuan body shming sendiri membawa dampak yang buruk bagi penilaian diri kita sendiri dan timbulah sikap merasa selalu kurang. Perlakuan ini awalnya hanya berfokus pada ukuran tubuh baik itu kurus atau gendut secara kasarnya, tetapi seiring berjalannya waktu body shaming meluas hingga mencakup warna kulit, tinggi badan, dan tindakan verbal maupun nonverbal lainnya yang membuat seseorang merasa down. Body shaming cenderung banyak terjadi di kalangan perempuan karena mereka memiliki perasaan yang lebih peka dan mudah tersinggung berbeda dengan laki-laki yang cenderung bodoamat terhadap suatu hal. Akan tetapi, tidak menutup kemungkinan laki-laki tidak mengalaminya.


Era seperti sekarang ini setelah banyak bermunculan mengenai gaya bicara baru yang cenderung digandrungi oleh anak-anak muda seperti justkidding, baper, dan prank menjadi benteng perlindungan bagi seseorang yang akan melakukan body shaming dengan iming-iming hanya lelucon dan bercandaan saja, akan tetapi mereka tidak memikirkan akan dampak yang dirasakan oleh si korban itu. Memang terkesan biasa saja jika diucapkan, namun sangat menyakitkan jika didengar dan dirasakan. Justru inilah yang harus dihindari oleh para remaja karena pernyataan seperti “baperan banget si lo” memang terkesan biasa, tapi pernyataan inilah yang bisa membuat body shaming menjadi terseluung oleh candaan itu dan mengalami hypostasis. 

Nah, lalu apa yang harus kita lakukan jika kita mengalami body shaming ini? Mengalami body shaming seharusnya kita tidak menjadikan otak kita terlalu tertekan dan penuh karena memikirkan kata-kata yang diucapkan oleh si body shamer, jangan biarkan otakmu penuh dengan terus membandingkan dirimu dengan orang lain, justru itu akan membuat pikiran kita, otak kita menjadi stagnan. Keadaan inilah yang kemudian dikenal dengan brain full dalam arti negatif yaitu penuhnya otak kita karena terlalu terjebak dengan keadaan yang memaksa dan tidak mengenakan di hati. Brain full ini jika secara terus menerus dipupuk oleh hal-hal negatif akan mengakibatkan suatu keadaan yang bisa dibilang stress. 


Langkah yang pertama adalah dengan mulai mengubah mindset kita terhadap jokes yang dikeluarkan oleh orang sekitar, anggaplah itu sebagai sesuatu yang tidak ada sangkut pautnya dengan diri kita. Mulailah dengan menerima apa yang ada pada diri kita dan selalu bersyukur atas semua yang diberikan oleh Tuhan Yang Maha Esa. Kemudian, ada cara yang dianggap memiliki efektifitas yang cukup tinggi adalah dengan mengedepankan brainful yang kita miliki, dengan adanya brainful inilah kita akan berpikir dengan mengedepankan akal dan pikiran, namun tetap diiringi dengan perasaan, kehadiran brainful thinking akan menjadi dorongan yang besar bagi kita untuk memperbaiki apa yang ada di dalam diri kita dan bukitkan bukan dengan kita mencemooh balik, akan tetapi buktikan dengan kecerdasan yang kita punya. Buktikan bahwa kita bisa menjadi seseorang yang lebih baik dengan berpikir cerdas, jangan jadikan kesempurnaan wujud sebagai suatu acuan sempurnanya manusia, karena kita tahu setiap manusia memiliki kekurangan dan kelebihan masing-masing. Oleh karena itu jadilah orang yang brainful bukan maalh brain full karena hal-hal yang tidak penting.


Wah tidak terasa ya, ternyata kajian ilmiah kali ini sudah di akhir pembahasan. Semoga tulisan ini bisa bermanfaat untuk kita semua, jangan lupa untuk semangat menjalani hari-hari dengan positif dan selalu love yourself ya. Stay positif thinking dan jadilah orang yang selalu optimis ya. 



Daftar Pustaka 


Cash, T. F. dan Pruzinsky, T. 2002. “Future Challenges for Body Image Theory, Research, and Clinical Practice. In T. F. Cash dan T. Pruzinsky (eds.), Body image: A Handbook of Theory, Research, and Clinical Practice. New York: Guilford Press, 509-516.


Damanik, T. M. 2018. Dinamika Psikologis Perempuan Mengalami Body shaming.Skripsi, Program Studi Psikologi Fakultas Psikologi Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta


Eva, L. (2016). Is body shaming predicting poor physical health and is there a gender difference? Bsc in Pshychology.


Kabinet KOLABORASI !

Satukan visi, mari bersinergi!! •


Jangan lupa pantengin terus medsos UKMPR yaa 🤗

📱Fanspage fb : Ukmpr Unsoed

📱Instagram : @ukmpr.unsoed

📱Line : @pvg0902f

🅱 Blog : ukm-penalaranriset.blogspot.co.id


Salam riset !!! Sukses !!! #kabinetkolaborasi  #UKMPR #unsoed #purwokerto

Komentar