Kajian UKMPR : Mengenal Gen MAOA dan CDH13, Gen Kekerasan yang Bisa Menurun


 KAJIAN UKMPR] 


Salam Riset!!! Sukses!!!


Hello guys, kali ini kajian UKMPR kembali hadir nih.


Nah buat hari ini ada kajian menarik dari sahabat kita yang berjudul:


MENGENAL GEN MAOA DAN CDH13, GEN ‘KEKERASAN’ YANG BISA MENURUN


Regata Ringga Hanessa Putry- Biologi 2018



Gen merupakan unit dasar informasi genetik. Gen terdapat pada kromosom pada lokus genetik tertentu. Bentuk yang berbeda dari gen yang sama disebut alel. Kromosom tersusun dari DNA dan protein. DNA tersusun dari subunit berulang (nukleotida) sehingga disebut polinukleotida. Setiap nukleotida tersusun dari basa nitrogen, gula pentosa dan fosfat Gen berfungsi menurunkan informasi genetik dengan pengkodean protein. Gen menentukan sifat atau kelainan sifat yang akan diturunkan oleh orang tua pada keturunannya (Campbell & Reece, 2008). 


Salah satu sifat yang ternyata dapat diwariskan melalui gen adalah kekerasan atau sifat agresif.

Gen MAOA atau monoamine oxidase A merupakan gen yang terletak di kromosom X dan berlokasi di Xp11.23–11.4. MAOA terlokalisasi di membran mitokondria luar di terminal prasinaps dari proyeksi monoamina neuron dan juga ditemukan di astrosit. Gen ini bertanggung jawab dalam mengkode protein untuk produksi enzim MAOA yang mengkatabolisme neurotransmiter tertentu, seperti norepinephrine, dopamin dan serotonin yang mempengaruhi emosi seseorang (Beaver et al., 2013; Buckholtz & Meyer-Lindenberg, 2008). Sedangkan Gen CDH 13 atau Cadherin 13 merupakan gen yang mengkode glikosilfosfatidil yang merupakan molekul adhesi sel berlabuh inositol yang variasinya kemungkinan untuk mengubah koneksi antara neuron yang diekspresikan. 


CDH13 mRNA diekspresikan secara khusus oleh area tegmental ventral dan neuron substantia nigra pars compacta yang memiliki peranan dalam reward, kontrol lokomotor dan modulasi kognitif. Lokalisasi CDH13 berperan pada sistem otak dopaminergik dan perilaku terkait dopamin (Drgonova et al., 2016).

Neurotransmiter seperti serotonin, dopamine, norepinephrine, scetilkolin, dan asam amino GABA, sering dikaitkan dengan perilaku agresif (Terok et al., 2014). Dopamin merupakan hormon yang berperan untuk menyampaikan rangsangan ke seluruh tubuh dan pengendali emosi yang dapat memengaruhi berbagai aktivitas manusia. 


Hormon ini berpengaruh terhadap timbulnya perasaan menyenangkan, seperti bahagia, jatuh cinta, atau percaya diri. Peningkatan dopamin berperan dalam memicu perilaku agresif impulsif. Sedangkan, serotonin merupakan  neurotransmiter yang berperan dalam mengatur emosi dan perilaku, termasuk menghambat agresi. Kadar serotonin yang rendah akan menyebabkan perilaku agresif dan impulsif (Haryono, 2019).


Ketidakseimbangan kedua hormon ini akan menyebabkan perilaku agresif dan kecenderungan melakukan kekerasan. 

Gen MAOA secara nyata berpengaruh dalam perilaku impulsif-agresif dan mempengaruhi munculnya fenotipe multigenerasi seperti keterbelakangan mental ringan, kecenderungan untuk ledakan agresif, terutama dalam menanggapi frustrasi, kemarahan dan ketakutan, dan perilaku impulsif kekerasan, seperti pemerkosaan, penyerangan dan percobaan pembunuhan, pembakaran dan eksibisionisme (Buckholtz et al., 2008). Sedangkan, gen CDH13 berhubungan dengan penyakit seperti ADHD, autisme, skizofrenia, gangguan bipolar, dan kecanduan alkohol. Seperti gen lainnya, gen MAOA dan CDH13 dapat diturunkan dari orangtua kepada anaknya. Dengan kata lain, orangtua yang memiliki kecenderungan melakukan kekerasan mungkin saja akan memiliki anak yang menjadi pelaku kekerasan juga (Dewanty, 2017).


Namun, hal ini bukanlah suatu kepastian. Seseorang yang memiliki gen ini tidak selalu akan melakukan kejahatan atau kekerasan pula. Berdasarkan penelitian Buckholtz & Meyer-Lindenberg (2008), variasi alel dan faktor eksternal seperti lingkungan, metode parenting, dan trauma juga akan mempengeruhi ekspresi gen ini. Alel MAOA-L berkaitan dengan konektivitas yang terganggu antara node dalam kortikolimbik ini jaringan untuk regulasi emosi. Alel ini berpengaruh pada prefrontal medial korteks yang secara negatif mengatur aktivitas amigdala. MAOA ekspresi rendah Alel uVNTR yaitu alel MAOA-L menyebabkan peningkatan kadar serotonin selama ontogeni. Serotonin berlebih ini selama perkembangan berdampak buruk pada sirkuit amygdala-cingulate-vmPFC yang berperan dalam sosial dan regulasi emosi.


Labilisasi sirkuit ini oleh serotonin berlebih mengurangi ketahanan dan memperkuat pengaruh lingkungan awal kehidupan pada perilaku agresif orang dewasa berikutnya.

Aktifnya gen ini sangat dipengaruhi oleh faktor eksternal. Misalnya lingkungan tumbuh seseorang yang memang penuh kekerasan. Akibatnya, gen kekerasan pada orang tersebut yang tadinya inaktif bisa menjadi aktif sehingga orang itu punya kecenderungan besar melakukan tindak kekerasan pula. Hal ini disebut sebagai rantai kekerasan yang sulit sekali diputus karena orang yang sudah punya dua gen tersebut memang lebih berisiko melakukan kekerasan dan menurunkan sifat agresifnya pada keturunan selanjutnya. 


Maka dari itu, peran orang tua sangatlah diperlukan untuk menciptakan kondisi lingkungan yang aman dan kondusif. Selain orangtua, kondisi sosial, budaya, dan faktor pendidikan berperan penting untuk membentuk emosi, moral, dan akal sehat seseorang sehingga kekerasan ini dapat diminimalisir (Dewanty, 2017).


DAFTAR REFERENSI


Beaver, K. M., Wright, J. P., Boutwell, B. B., Barnes, J. C., DeLisi, M. & Vaughn, M. G., 2013. Exploring The Association Between The 2-Repeat Allele Of The MAOA Gene Promoter Polymorphism  and Psychopathic Personality Traits, Arrests, Incarceration, and Lifetime Antisocial Behavior. Personality and Individual Differences, 54(2), pp. 164-168.


Buckholtz, J. W. & Meyer-Lindenberg, A., 2008. MAOA and The Neurogenetic Architecture of Human Aggression. Trends in Neurosciences, 31(3), pp. 120-129.


Campbell, N. A., & Reece, J. B., 2008. Biologi Edisi Kedelapan Jilid 3. Terjemahan: Damaring Tyas Wulandari. Jakarta :Penerbit Erlangga.

Dewanty, A., 2019. Ilmuwan Temukan Gen Kekerasan yang Bisa Diturunkan dari Ortu ke Anak. URL : https://hellosehat.com/sehat/informasi-kesehatan/gen-kekerasan-ortu-ke-anak/ . Diakses pada 1 Mei 2021.

Drgonova, J., Walther, D., Hartstein, G. L., Bukhari, M. O., Baumann, M. H., Katz, J. & Uhl, G. R., 2016. Cadherin 13: Human Cis-Regulation And Selectively Altered Addiction Phenotypes And Cerebral Cortical Dopamine In Knockout Mice. Molecular Medicine, 22(1), pp. 537-547.


Haryono, A., 2017. Memahami Proses Kerja Otak Orang yang Melakukan Kerusuhan. URL: https://www.sehatq.com/artikel/proses-kerja-otak-orang-yang-melakukan-kerusuhan . Diakses pada 1 Mei 2021.

Terok, M., Tololiu, T. A. & Palit, H., 2014. Pengaruh Bimbingan Mental Terhadap Perilaku Agresif Pada Remaja Di Rumah Tahanan Malendeng Kecamatan Tikala Manado. Jurnal Ilmiah Perawat Manado (Juiperdo), 3(2), pp. 59-67.




Kabinet KOLABORASI !

Satukan visi, mari bersinergi!! •


Jangan lupa pantengin terus medsos UKMPR yaa 🤗


📱Fanspage fb : Ukmpr Unsoed

📱Instagram : @ukmpr.unsoed

📱Line : @pvg0902f

🅱 Blog : ukm-penalaranriset.blogspot.co.id


Salam riset !!! Sukses !!! #kabinetkolaborasi  #UKMPR #unsoed #purwokerto

Komentar