Kajian UKMPR : Sindrom Alice in Wonderland


 [KAJIAN UKMPR]


Salam Riset!!! Sukses!!!


Hello guys, kali ini kajian UKMPR kembali hadir nih. 


Nah buat hari ini ada kajian menarik dari sahabat kita yang berjudul:


Sindrom Alice in Wonderland

Putri Ramadani

Biologi Internasional (2018)


Yuk disimak!

Semoga bermanfaat


Masih ingat dengan film Alice in the Wonderland? Alice yang merupakan seorang gadis berusia 19 tahun dalam dunia yang disebut Wonderland, dapat berubah menjadi sangat kecil dan sebaliknya. Begitu juga dengan yang dirasakan oleh pengidap sindrom Alice in the Wonderland. Sindrom Alice in Wonderland adalah suatu kondisi neurologis yang disorientasi yang mempengaruhi persepsi manusia terhadap indera penglihatan, pendengaran, sentuhan, sensasi, dan fenomena waktu. Nama tersebut mengacu pada buku anak-anak terkenal Lewis Carrol Alice's Adventures in Wonderland, dimana karakter judul mengalami perubahan sensasi di mana dia merasa bahwa tubuhnya telah tumbuh terlalu tinggi atau terlalu kecil, atau bagian tubuhnya berubah ukuran.  Sindrom ini dideskripsikan pada tahun 1952 oleh Caro Lippman, dan diberi nama pada tahun 1955 oleh John Todd. Karakteristik metamorfopsi dari kondisi ini juga kadang-kadang disebut sebagai halusinasi Lilliput. Individu yang terkena dapat mengalami perubahan persepsi, termasuk mikropsia (objek tampak kecil), makropsia (benda tampak besar), teleopsia (benda tampak lebih jauh dari mereka), dan pelopsia (objek tampak lebih dekat daripada mereka). Selain perubahan dalam persepsi, mereka juga dapat mengalami halusinasi atau ilusi perluasan, pengurangan atau distorsi citra tubuh mereka sendiri.


Menurut penelitian, sindrom tersebut disebabkan oleh disfungsi kortikal yang tidak spesifik akibat penurunan perfusi otak, aktivitas epilepsi atau ensefalitis. Penyebab sindrom Alice in Wonderland masih belum diketahui secara pasti. Namun, sindrom ini diduga berkaitan dengan beberapa kondisi seperti sakit kepala, gangguan pada otak (stroke atau tumor otak), penyakit infeksi (herpes simpleks), stress, gangguan kejiwaan, seperti depresi dan skizofrenia, epilepsy, dan efek samping obat-obatan. Gejala sindrom Alice in Wonderland dapat berbeda pada tiap penderita. Beberapa gejala yang dapat dirasakan oleh penderita sindrom Alice in Wonderland meliputi bagian tubuh atau benda-benda di sekitarnya terlihat lebih besar atau lebih kecil, garis lurus terlihat bengkok atau bergelombang, benda yang diam terlihat bergerak, benda tiga dimensi tampak datar, dan sering mendengar bunyi aneh atau bising yang tidak diketahui dari mana asalnya.


Hingga saat ini, belum ada pemeriksaan yang bisa mendiagnosis secara pasti sindrom Alice in Wonderland. Namun, dokter akan melakukan pemeriksaan untuk mengetahui kemungkinan adanya penyakit lain dengan gejala yang serupa. Beberapa pemeriksaan yang dapat dilakukan adalah tes darah, MRI, dan EEG. Sindrom Alice in Wonderland umumnya tidak membutuhkan pengobatan khusus dan dapat membaik dengan sendirinya. Namun, mengobati kondisi yang dicurigai menjadi penyebab sindrom Alice in Wonderland dapat mencegah gejala muncul kembali. Karena sindrom Alice in Wonderland sering disebabkan oleh migrain, mengurangi munculnya serangan migrain juga dapat mencegah terjadinya sindrom ini yaitu dengan mengonsumsi banyak buah dan sayur, mengurangi konsumsi makanan olahan yang banyak mengandung penyedap (MSG) dan minuman yang mengandung pemanis buatan, serta membatasi konsumsi minuman beralkohol.


Referensi:


Farooq, O. & Fine, E. J., 2017. Alice in Wonderland Syndrome: a Historical and Medical Review. Pediatric Neurology, 77, pp.5-11.

https://www.alodokter.com/kenali-lebih-jauh-sindrom-alice-in-wonderland Diakses pada 28 Mei 2021. 


Kabinet KOLABORASI !

Satukan visi, mari bersinergi!! •


Jangan lupa pantengin terus medsos UKMPR yaa 🤗

📱Fanspage fb : Ukmpr Unsoed

📱Instagram : @ukmpr.unsoed

📱Line : @pvg0902f

🅱 Blog : ukm-penalaranriset.blogspot.co.id


Salam riset !!! Sukses !!! #kabinetkolaborasi  #UKMPR #unsoed #purwokerto

Komentar