KAJIAN UKMPR: Yuk Kenali Pentingnya Ekosistem Blue Carbon!

 

[KAJIAN UKMPR]

Salam Riset!!! Sukses!!!

Hello guys, kali ini kajian UKMPR kembali hadir nih. Nah buat hari ini ada kajian menarik dari sahabat kita yang berjudul:

Yuk Kenali Pentingnya Ekosistem Blue Carbon!
Zurna Maisya Awalia
Manajemen Sumberdaya Perairan (2022)

Yuk disimak!

Semoga bermanfaat

Blue Carbon atau Karbon biru merupakan istilah bagi karbon yang diserap dan disimpan di ekosistem pesisir dan laut. Ekosistem wilayah memberikan dampak dan manfaat terhadap mitigasi dan adaptasi perubahan iklim di sepanjang pantai secara global. Dampak yang diakibatkan oleh perubahan iklim global tentunya dapat memengaruhi berbagai aspek kehidupan. Melalui kenaikan temperatur bumi mengakibatkan es dan gletser di kutub utara dan selatan mencair, hal ini mengakibatkan naiknya muka air laut,  pemuaian massa air laut, seruak badai dan curah hujan (Khakim, Satriagasa, Hafizi, & Sitompul, 2018).

Perubahan kondisi pada laut akibat perubahan iklim tentunya berpengaruh pula pada ekosistem laut dan aktifitas manusia yang bergantung pada pemanfaatan laut. Kenaikan suhu laut selanjutnya akan beresiko pada terjadinya pemutihan karang (coral bleaching) dan penurunan produksi perikanan tangkap. Masyarakat pesisir tentunya menjadi yang paling rentan karena abrasi dan penggenangan pesisir oleh banjir rob serta gelombang pasang. Selain itu pada ranah keselamatan, signifikansi peningkatan gelombang berdampak pada meningkatnya ancaman kecelakaan kapal dan terganggunya perhubungan laut (Kementrian PPN/BAPPENAS, 2019).

Oleh karena itu penting adanya tindakan yang dapat meminimalisir perubahan iklim pada daerah pesisir melalui perbaikan ekosistem sekitarnya, salah satunya ekosistem blue carbon. Pada perkembangannya, ada tiga ekosistem yang menjadi fokus utama blue carbon yaitu hutan bakau (mangrove), padang lamun (seagrass meadow) dan rawa asin (salt marsh). Keutamaan dari ketiga ekosistem tersebut adalah memiliki daya serap dan simpan karbon yang besar. Sebagai komponen khusus NDC (Nationally Determined Contributions), hutan mangrove berpotensi menjadi aset penting dalam penurunan emisi gas rumah kaca karena Indonesia merupakan negara dengan luas hutan mangrove terbesar di dunia. Selain memberikan peluang untuk mengisi gap dalam program penurunan emisi, upaya ini menunjukkan dukungan aktif Indonesia pada sektor kelautan sebagai salah satu fokus utama mitigasi dan adaptasi perubahan iklim. Hutan mangrove menyimpan karbon alami di dalam tanah dalam jumlah yang sangat besar, yaitu sekitar 50-90% dari total stok karbon ekosistem 4 mangrove . Nilai ini cukup signifikan dibandingkan dengan karbon yang tersimpan pada tanah di hutan terestrial, 3 yaitu sekitar 44% dari total stok karbon (Sidik dan Krisnawati, 2017).

Walaupun memberikan banyak keuntungan dan layanan, ekosistem blue carbon pesisir merupakan salah satu ekosistem yang paling terancam di Bumi, dengan sekitar 340.000 hingga 980.000 hektar ekosistem ini dihancurkan setiap tahunnya (Murray et al., 2011). Diperkirakan sampai dengan 67% dan sedikitnya 35% dan 29% dari seluruh cakupan global hutan bakau, rawa pasang surut, dan padang lamun, secara berurutan, telah hilang. Jika hal ini berlanjut terus dengan laju yang tetap, maka 30-40% rawa pasang surut dan padang lamun dan hampir semua bakau yang tidak dilindungi akan hilang dalam 100 tahun ke depan (Pendleton et al., 2012). Saat terdegradasi atau hilang, ekosistem ini akan menjadi sumber gas karbon dioksida rumah kaca yang besar. Karena sebagian besar biomassa pada vegetasi mangrove merupakan karbon dan nilai karbon yang terkandung dalam vegetasi mangrove merupakan potensi dari mangrove dalam menyimpan karbon (Twilley et al., 1992).

Jadi, dapat disimpulkan apabila ekosistem blue carbon ini sangat penting bagi kelangsungan kehidupan karena berfungsi sebagai mitigasi perbaikan iklim pesisir dan tentunya menjaga keseimbangan ekosistem. Maka kita harus membantu mengoptimalkan pembentukan ekosistem blue carbon dengan melakukan reboisasi hutan mangrove secara berkala.

Daftar Pustaka

Frida, S., Haruni, K. 2017. Peluang 'Blue' Carbon sebagai komponen khusus NDC Indonesia. Pusat Penelitian dan Pengembangan Sosial, Ekonomi, Kebijakan, dan Perubahan Iklim. Volume 11 (06) : halaman 1-4.

Kementrian PPN/BAPPENAS. (2019). Ringkasan Eksekutif Rencana Aksi Nasional Adaptasi Perubahan Iklim . Jakarta: Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (BAPPENAS).

Khakim, N., Satriagasa, M. C., Hafizi, M., & Sitompul, Z. (2018). Mitigasi Perubahan Iklim dI Kawasan Pesisir. Yogyakarta: Gajah Mada University Press.

Murray, B.C., Pendleton, L., and Sifleet, S. 2011. State of the Science on Coastal Blue Carbon: A Summary for Policy Makers. In: Nicholas Institute for Environmental Policy Solutions Report NIR 11-06, P. 1-43.

Pendleton, L., Donato, D.C. Murray, B.C., Crooks, S. W.A., Sifleet, C. Craft, J.. Fourqueran, W.A., Kauffman, J.B., Marbร , N., Megonigal, P., Pidgeon, E., Herr, D., Gordon, D., and Balder, A. (2012): Estimating Global “Blue Carbon” Emissions from Conversion and Degradation of Vegetated Coastal Ecosystems. PLoS ONE 7(9): e43542.

Twilley, R.R., Chen, R., and Hargis, T. 1992. Carbon Sinks in Mangroves and their Implication to Carbon Budget of Tropical Ecosystems. Water, Air and Soil Pollution 64: 265- 288.

 

=======================

KABINET ANGGARAKSA!
BERSAMA KITA BISA!

Jangan lupa staytune terus medsos UKMPR yaa

Fanspage fb : Ukmpr Unsoed
Instagram : @ukmpr.unsoed
Line : @pvg0902f
Blog : ukm-penalaranriset.blogspot.co.id
Youtube : UKMPR UNSOED
Tik Tok: unsoed.ukmpr
Telechanel: @ukmpr.unsoed
Telebot: @ukmprunsoed_bot

Salam Riset!!! Sukses!!!
#UKMPR #kabinetanggaraksa #unsoed #purwokerto

Komentar